Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak Hanna Dyahferi Anomsari, Sp. A, Subsp.T.K.P.S.(K) mengungkapkan gangguan autisme dapat ditandai dari kekurangan kemampuan bersosialisasi hingga perilaku yang berulang atau repetitif.
“Autisme adalah gangguan neurodevelopmental dengan ciri khas yakni kekurangan kemampuan bersosialisasi dan keterbatasan ketertarikan dan ada kebiasaan perilaku yang mengulang atau repetitif,” ujar dokter Hanna dalam webinar yang dipantau secara daring dari Jakarta, Selasa.
Menurut Hanna yang merupakan dosen fakultas kedokteran Universitas Airlangga, tingkat pendidikan orang tua menjadi salah satu faktor penting untuk membantu mendeteksi atau menyadari gangguan yang dialami buah hati.
Dia mengatakan semakin dini autisme dideteksi maka intervensi yang dapat dilakukan dapat semakin maksimal sehingga mampu menekan gangguan dalam perkembangan anak.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa gejala autisme memang bervariasi. Terdapat beberapa ciri yang bisa menjadi tanda, di antaranya saat anak berusia 12 bulan, tidak merespons saat dipanggil.
“Apakah memang ada sesuatu gangguan pendengaran atau hal lain,” katanya.
Kemudian usia anaknya 14 bulan tidak dapat menunjuk juga menjadi poin penting karena mayoritas pasien autisme kesulitan untuk menunjuk, bermain pura-pura dan lainnya.
Selain itu, tak ada kontak mata saat berbicara dengan anak, menjadi salah satu ciri. “Sehingga kalau diajak bicara seperti tidak menghiraukan, merespons orang tua,” katanya.