Mencegah judi daring mengakar di "Kota Wali"
Oleh Fathnur Rohman Rabu, 9 Oktober 2024 17:09 WIB
Menurutnya, banyak serangan semacam ini bermula dari satu klik yang tampak tak berbahaya, tetapi ternyata berujung pada jebakan siber.
“Serangan itu terjadi saat sistem keamanan digital belum maksimal. Akhirnya ada beberapa situs yang disusupi konten-konten yang dilarang pemerintah,” katanya.
Aria mengatakan insiden ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Serangan yang menimpa Pusat Data Nasional (PDN) beberapa waktu lalu menjadi pelajaran berharga bagi banyak pihak, termasuk Pemkot Cirebon.
Meskipun sempat terkena dampaknya, data utama milik Pemkot Cirebon berhasil diamankan.
Baginya, perang melawan serangan siber ini tak hanya tentang menjaga data instansi Pemerintah semata, tetapi juga melindungi data pribadi milik warga Kota Cirebon yang tersimpan di dalamnya.
Dengan sumber daya yang terbatas, DKIS memutuskan memasang firewall yakni sebuah sistem keamanan jaringan yang dirancang untuk memfilter dan memblokir lalu lintas data mencurigakan yang mencoba mengakses server milik Pemkot Cirebon.
Firewall bekerja layaknya dinding pelindung, memeriksa setiap permintaan masuk, dan hanya mengizinkan akses dari sumber yang dianggap aman.
Aria mengakui dengan jujur firewall tersebut masih kurang ideal. Sebab, perangkat yang dipasang belum memenuhi spesifikasi teknis dan dibutuhkan anggaran cukup besar untuk menyempurnakannya.
“Kami mengalokasikan kurang dari Rp200 juta untuk memulai sistem pengamanan ini, dan ini baru tahap pertama,” katanya.
Membangun benteng digital di tengah keterbatasan dana bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi Aria dan timnya tak pernah berhenti berupaya.
Untuk memperkuat pertahanan, DKIS juga mengerahkan Computer Security Incident Response Team (CSIRT) sebagai mitra dalam menangani ancaman siber.