Pada pengujung 1950, 5 tahun setelah Oto dibunuh, Bung Karno bahkan belum yakin bahwa Oto sudah wafat. Wartawan Kantor Berita ANTARA, 29 September 1950, menulis pernyataan Bung Karno yang mengatakan, “... bahwa jika memang beliau telah meninggal dunia, maka Presiden menyatakan hormatnya kepada arwah Oto Iskandar Di Nata, serta mendoakan agar supaya almarhum diberi Allah tempat yang sebaik-baiknya dalam barzah.”
Setelah kemerdekaan diraih dan semua kelengkapan negara baru disepakati, muncul keperluan pada sebuah pekik yang dapat mempersatukan semua komponen bangsa.
Oto termasuk yang gelisah memikirkan pekik tersebut. Mereka belum punya dan merasakan perlu ada satu kesamaan dalam menyatakan prestasi puncak perjuangan meraih kemerdekaan.
Sehari setelah pelantikan anggota KNIP oleh Soekarno, 22 Agustus 1945, di Kramat diadakan rapat Badan Penolong Keluarga Korban Perang sebagai metamorfosis dari badan Pembantu Prajurit yang sebelumnya mengelola PETA dan Heiho. Pertemuan ini dihadiri oleh semua Daidanco dan ketua BPKKP dari tingkat keresidenan se-Jawa. Dalam rapat tersebut, Oto menganjurkan, untuk kali pertama penggunaan pekik “Merdeka”.
Informasi itu dikemukakan oleh Sutisna Senjaya (Sutsen) dalam harian Sipatahoenan pada penghujung bulan September 1950. Sutsen bermaksud mengoreksi wacana yang beredar, yang disuarakan oleh Arnold Mononutu bahwa pencipta pekik “Merdeka” adalah Soekarno. Kantor berita ANTARA (29/091950) kemudian mengangkat polemik ini ke tingkat nasional. Salah seorang wartawannya, menemui Presiden Soekarno untuk meminta konfirmasi.
Menurut Soekarno, dalam rapat BPKKP di Kramat, oleh Oto dianjurkan untuk memberi salam satu sama lain dengan ucapan “Indonesia Merdeka”. Pada tanggal 1 September 1945, oleh Presiden dikeluarkan dekrit untuk memberi salam satu sama lain dengan ucapan “Merdeka”.
Sebelumnya, pada 19 Agustus 1945, Soekarno melakukan pembicaraan dengan Oto dan keduanya merasakan benar perlunya satu pekik yang dapat menggelorakan jiwa seluruh rakyat Indonesia. Beberapa pekik yang terlontar adalah: “Hidup”, “Indonesia”, “Indonesia Merdeka”. Pada pembicaraan itu, keduanya belum sampai pada satu keputusan. Pekik “Merdeka” pada saat itu belum terpikirkan. Namun, Soekarno memperkirakan bahwa ada kemungkinan pekik “Merdeka” sudah diucapkan orang sebelum bulan September 1945.
Ukar Bratakusumah, tokoh Paguyuban Pasundan dan pernah menjabat Menteri Pekerjaan Umum (1951-52), juga berpendapat bahwa pencetus pekik merdeka untuk pertama kali adalah Oto.
“Kalau menurut pendapat saya, Oto Iskandar Di Nata, yaitu pada suatu malam ketika kami berkumpul di rumah Oto Iskandar Di Nata dekat Prapatan Lima. Dia mengatakan, agar kita mendapat semangat, kan baik bila menyebar dan merakyat dengan menyebut “Merdeka, Merdeka, Merdeka!” perkataan Merdeka akhirnya menjadi semboyan dan jelas pula, perkataan itu Oto Iskandar Di Nata yang menyampaikan gagasan pertama.”
Menyingkap fakta seputar pembunuhan Oto Iskandar "Si Jalak Harupat" Di Nata
Rabu, 14 Februari 2024 10:01 WIB