Bandung (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyamakan persepsi para pendidik, pengelola yayasan pendidikan, dan pihak-pihak yang terkait pendidikan di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, mengenai Kurikulum Merdeka melalui sosialisasi.
"Sosialisasi Kurikulum Merdeka saat ini kami lakukan untuk tingkat SMP dan SMA," kata Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Zulkifli usai sosialisasi Kurikulum Merdeka di Padalarang, Bandung Barat, Sabtu.
Zulkifli menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan bagian dari program Merdeka Belajar yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam pendidikan Indonesia yang berfokus pada anak-anak sekolah.
"Jadi, ini transformasi untuk membuat anak bahagia, menikmati pembelajaran, cinta belajar sehingga mereka bisa tumbuh menjadi pembelajar sepanjang hayat. Bukan karena kewajiban atau kepasrahan, tetapi memang ditumbuhkan cinta belajar. Hal ini yang kita dorong dengan semua program yang ada," ucap Zulkifli.
Namun demikian, dia menegaskan bahwa pemberlakuan Kurikulum Merdeka meski telah disosialisasikan sejak 2021, belum menjadi kewajiban bagi sekolah untuk menerapkannya.
"Selama ini Kurikulum Merdeka adalah pilihan yang didasarkan pada kesiapan sekolah tersebut," ucap Zulkifli.
Pada kesempatan sama, anggota Komisi X DPR Dede Yusuf menyebutkan bahwa program Merdeka Belajar dengan Kurikulum Merdeka merupakan sesuatu yang sifatnya dianggap baru oleh masyarakat terutama oleh pendidik sehingga perlu sosialisasi.
"Perubahan sistem ini tentu ada beberapa faktor yang harus kita lihat, yang pertama adalah faktor implementasinya, yang kedua adalah faktor evaluasinya, dan yang ketiga adalah konsep monitoringnya ataupun sosialisasi yang berkelanjutan," kata Dede.