Mengingat kembali sejarah berdirinya Kampung Pulo itu hadir dan mampu bertahan karena adanya keharmonisan antara masyarakat, dan juga toleransi agama yang tinggi karena warga di Kampung Pulo sebelumnya merupakan penganut ajaran Hindu pada abad VIII, terbukti adanya peninggalan Candi Cangkuang di atas bukit kampung itu.
Selanjutnya pada abad ke-17, Arief Muhammad seorang muslim dari Kerajaan Mataram, datang ke Kampung Pulo menyebarkan ajaran Islam sampai meninggal dunia di kampung tersebut. Oleh keluarganya dan masyarakat setempat ia dimakamkan di sekitar Candi Cangkuang, yang menunjukkan keharmonisan dan toleransi dari perbedaan keyakinan pada zaman itu.
Embah Dalem Arief Muhammad itu dipercaya sebagai leluhur masyarakat adat Kampung Pulo yang menyebarkan agama Islam di daerah itu. Peninggalannya sampai saat ini masih terjaga seperti kitab, tujuh bangunan yang sedari dulu tetap kokoh dan tidak berubah, kemudian masyarakatnya terus menjaga keharmonisan dan toleransi.
Kini, di Kampung Pulo itu hanya terdapat 20 warga terdiri atas 10 perempuan dan 10 laki-laki. Warga adat yang paling muda berusia 6 tahun, sedangkan paling tua sekitar 103 tahun, yakni Mak Aah istri dari kuncen kampung adat sebelumnya.
Mereka yang tinggal di sana merupakan keturunannya langsung Arief Muhammad yang mengamanatkan untuk tetap menjaga sistem sosial dengan mempertahankan satu rumah satu keluarga. Apabila ada yang menikah atau berkeluarga dalam satu rumah itu maka diminta untuk mandiri tinggal di luar kampung.
Aturan yang diterapkan kampung adat itu sebagai upaya mempertahankan tanah adat dengan jumlah bangunan yang tidak berubah serta kondisi lingkungan keluarga yang tenteram.
"Kalau yang tinggal di sini ada 20 orang, tapi keturunannya itu banyak, tersebar di mana-mana. Mereka tinggal di luar kampung, bisa jadi satu desa di sini itu kebanyakan keturunan beliau," kata Zaki yang juga keturunan dari Embah Dalem Arief Muhammad.
Harapan warga adat
Keharmonisan masyarakat adat itu selama ini terus dijaga dengan baik, termasuk dalam momentum pesta demokrasi saat ini. Mereka tidak menunjukkan keberpihakkannya secara terbuka dalam politik.