Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, melakukan pemulihan lahan pertanian yang terdampak kekeringan selama musim kemarau di wilayahnya, supaya tingkat produktivitas padi tidak mengalami penurunan saat masa panen raya kedua pada 2024.
"Untuk mengantisipasi puncak kekeringan yang diprediksi terjadi pada September 2024, kami telah melakukan berbagai langkah koordinatif dan persiapan teknis," kata Kepala Dinas Pertanian Cirebon Alex Suheriyawan di Cirebon, Kamis.
Ia menjelaskan upaya pemulihan ini bertujuan untuk mengurangi dampak kekeringan, yang di tahun sebelumnya menyebabkan kerusakan signifikan pada lahan pertanian di wilayah Cirebon.
Distan Cirebon mencatat total lahan yang terdampak kekeringan mencapai 1.002 hektare pada 2023, dengan 31 hektare mengalami puso atau gagal panen. Namun sekitar 183 hektare sisanya berhasil dipulihkan.
Sedangkan hingga Agustus 2024, pihaknya mencatat luas lahan sawah terdampak kekeringan di Kabupaten Cirebon sekitar 235 hektare, dengan 1 hektare masuk kategori berat dan 0,5 hektare mengalami puso.
“Sektor pertanian di Kabupaten Cirebon merupakan salah satu penyumbang utama ketahanan pangan di Jawa Barat, sehingga upaya pemulihan ini menjadi prioritas bagi pemerintah daerah,” ujarnya.
Alex menyebutkan pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Cirebon, serta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) setempat untuk memastikan ketersediaan air irigasi yang memadai.
Selain itu, pemerintah daerah juga telah menyiapkan pompa air di lokasi-lokasi yang rawan kekeringan, sebagai langkah mitigasi untuk menjaga produktivitas lahan.