“Kami riset dan komparasi copy mana yang akan dijadikan materi utama untuk proses restorasi. Ketika ada artefak-artefak yang hilang atau salah satu copy nggak sesuai alur cerita, maka kami lakukan tahap rekonstruksi. Ini titik penting untuk menyatakan kesesuaian alur film, kesesuaian artikulasi suara, dan sebagainya,” ujar Rizka.
Sementara itu, Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Perfilman Kemdikbudristek Panji Wibisono mengatakan dalam melakukan restorasi terhadap film "Dr. Samsi, pihaknya menggunakan materi film seluloid dari copy positif maupun negatif sebanyak 15 gulungan (reels).
"Film tersebut tersimpan kemudian kami pinjam dari Sinematek Indonesia. Dari 15 reels tersebut, tidak serta merta bisa diharapkan karena beberapa adegan pada menit pertama juga pasti akan terasa sekali kerusakan audio-nya," jelas Panji.
Selain kerusakan parah pada sektor suara, Panji menjelaskan bahwa ada pula sejumlah kerusakan visual pada beberapa bagian di film "Dr. Samsi" sehingga membuat emosi adegan turut menghilang.
"Kami menerapkan proses inspeksi, digitalisasi, serta ada juga rekonstruksi meliputi diskusi dan pengambilan keputusan terkait film. Jadi, kami kembalikan film ini ke aslinya semirip mungkin seperti saat film tersebut dibuat," kata Panji.
Spektrum - Menjaga "Dr. Samsi" lewat alih teknologi media bernama restorasi
Oleh Ahmad Faishal Adnan Senin, 25 Desember 2023 9:26 WIB