Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat memanfaatkan cuaca tidak ada hujan untuk menormalisasi sungai guna meminimalisasi dampak cuaca ekstrem yang kerap menimbulkan banjir.
Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna di Bandung, Senin, mengatakan pengerukan sungai dan saluran drainase yang mulai dangkal harus dilakukan secara berkala.
Pasalnya, ia mengatakan, di Kota Bandung tidak ada aliran sungai yang dalam kondisi normal.
Baca juga: Perlu pemuda untuk pemulihan ekonomi, sebut Wali Kota Bandung
Pasalnya, ia mengatakan, di Kota Bandung tidak ada aliran sungai yang dalam kondisi normal.
Baca juga: Perlu pemuda untuk pemulihan ekonomi, sebut Wali Kota Bandung
"Sekarang tidak ada hujan seharusnya ini kesempatan untuk mengeruk sungai menata selokan. Jangan sampai menunggu hujan," kata dia.
Dia mengatakan sungai-sungai di Kota Bandung perlu diperdalam dua hingga tiga meter.
Khususnya, kata dia, pengerukan itu perlu dilakukan di kawasan yang kerap mengalami banjir, seperti di Gedebage dan Rancasari.
Di samping itu, ia telah memerintahkan seluruh jajaran pemerintah kecamatan hingga kelurahan untuk segera mengangkut sampah yang ada di aliran sungai.
Menurut dia, aparatur kewilayahan perlu meningkatkan kepekaan terkait dengan kondisi lingkungan masing-masing.
Dia menilai sedimentasi yang semakin tinggi di sejumlah aliran sungai itu disebabkan oleh material lumpur yang terbawa dari hulu sungai.
Namun, kata dia, hulu sungai itu mayoritas berada di luar Kota Bandung.
Baca juga: Bandung Fair 2022 ajang optimalkan UMKM, kata Ketua DPD
Namun, kata dia, hulu sungai itu mayoritas berada di luar Kota Bandung.
Baca juga: Bandung Fair 2022 ajang optimalkan UMKM, kata Ketua DPD
"Makanya ini harus menjadi sinergi (dengan Kabupaten Bandung, red.), umumnya penanganan banjir, tapi di hulu juga digarap, makanya reboisasi juga saya minta dilakukan," kata dia.
Pemkot Bandung juga memperbanyak mesin pompa dan sumur imbuhan di perbatasan kota, salah satunya di Cibaduyut yang langganan banjir.
"Katanya persoalan di sana juga airnya tidak bisa mengalir ke kabupaten (hilir, red.), karena terhalang jalan tol, jadi airnya itu balik lagi ke masyarakat," kata dia.