Bandung (ANTARA) - Acara Temu Bisnis One Pesantren One Product (OPOP) tahun 2021 yang puncak acaranya berlangsung di Daarut Tauhid Kota Bandung, Kamis, mencatat nilai transaksi Rp136,5 miliar.
"Angka transaksi OPOP tersebut dimulai Agustus 2021 hingga hari ini. Jumlahnya akan terus bertambah. Mengapa kita hitung sejak Agustus? Sejak peserta lolos penilaian tahap satu dan mereka sudah melakukan transaksi baik secara offline maupun online," kata Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat Kusmana Hartadji disela-sela temu bisnis.
Adapun transaksi temu bisnis kali ini didominasi oleh produk pertanian dan pangan.
"Transaksi hari ini saja tembus hingga Rp6,2 miliar. Pertanian dan pangan sangat mendominasi transaksi hari ini," katanya.
Baca juga: 2.574 pesantren tergabung dalam program OPOP Jawa Barat
Pada kesempatan tersebut Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil menyerahkan bantuan usaha masing-masing sebesar Rp400 juta kepada tiga pondok pesantren yang menjadi juara pada Program One Pesantren One Product (OPOP) tingkat Jawa Barat Tahun 2021 di Pontren Daarut Tauhid Kota Bandung.
Ketiga juara OPOP Tingkat Jawa Barat di ntaranya Al Furqon Hantara dari Kabupaten Kuningan, Sadang Lebak dari Kabupaten Garut dan Thoriiqul Jannah dari Kota Bekasi.
Program One Pesantren One Product yang diluncurkan akhir 2018 hingga 2021 telah diikuti 2.574 pesantren dari target 5.000 pesantren hingga akhir 2023.
Program yang diluncurkan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar pada tahun 2020 mendapatkan penghargaan dari Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai 45 Top Inovasi Pelayanan Publik tingkat Nasional.
"Program ini dinilai sangat strategi terutama dalam menciptakan pesantren unggulan di Jabar di bidang bisnis dan kemandirian ekonomi. OPOP juga mendorong seluruh pesantren di Jabar memiliki produk unggulan dan memiliki komunitas bisnis sehingga menciptakan kemandirian ekonomi umat," kata Kusmana Hartadji.
Jumlah pesantren di Jawa Barat kurang lebih 10.000 pesantren dan sekitar 8.000 pesantren yang memiliki Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP).
Baca juga: Program OPOP dorong pesantren buka peluang lapangan kerja
Selama ini, banyak pesantren yang mengandalkan pendapatannya dari iuran dan bantuan pemerintah maupun masyarakat.
Dengan OPOP Pemprov Jabar ingin pesantren selain sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah juga mampu menjadi lembaga pemberdayaan ekonomi umat.
Untuk mengikuti Program OPOP, pesantren harus mendaftarkan diri secara daring melalui laman www.opop.jabarprov.go.id.
Selanjutnya pesantren diseleksi administrasi dan wawancara secara offline sebelum pandemi, dan secara online pada pandemi COVID-19.
Pesantren lolos seleksi akan mengikuti pendampingan oleh tenaga pendamping OPOP, lolos audisi tahap pertama akan mengikuti pelatihan dan pemagangan serta mendapatkan bantuan modal usaha kisaran Rp25 juta hingga Rp30 juta.
Pesantren lolos audisi tahap pertama akan mengikuti seleksi audisi tahap kedua (kabupaten/kota) dan dilakukan visitasi oleh tim juri untuk menentukan juara serta akan mendapatkan bantuan usaha dengan kisaran Rp75 juta hingga Rp200 juta.
Peserta lolos audisi tahap kedua selanjutnya akan mengikuti seleksi untuk mengikuti audisi tahap ketiga (provinsi) dan tiga juara tingkat provinsi serta akan mendapatkan bantuan usaha Rp400 juta per pesantren.
Kusmana mengatakan, suksesnya program OPOP salah satunya dari pendampingan.
Untuk itu, pendamping juga diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator, inisiator, dinamisator, motivator sekaligus katalisator pelaku usaha di lingkungan pesantren yang mampu menjawab tantangan global ke depan serta menjadi fondasi kekuatan ekonomi pesantren, terutama dalam menghadapi krisis multidimensi di era pandemi sekarang ini.
Baca juga: 63 pesantren di Cirebon ikuti program "One Pesantren One Product" dari Pemprov Jabar