"Ini (Gembrong Liwet) tradisi tahunan menjelang Ramadhan, turun temurun," kata Pendiri Pusat Konservasi Seni Budaya Wahana Satia Sunda Sumedang juga panitia dalam tradisi Gembrong Liwet, Wawan Aldo Supriatna saat persiapan acara di Desa Citali, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Rabu.
Baca juga: Jabar-Banyuwangi-Gorontalo kolaborasi penataan birokrasi dan pembangunan
Ia menyampaikan kegiatan tradisi tersebut akan dilaksanakan Kamis (31/3) mulai pagi sampai selesai yang akan dihadiri tokoh masyarakat maupun unsur pejabat pemerintah daerah.
Kegiatan itu, kata dia, digelar secara seremonial mulai dari menurunkan alat menanak untuk nasi liwet, kemudian ada acara hiburan sambil menunggu nasi matang.
"Iya besok (acaranya) selain ada acara seremonial turun kastrol, ada juga hiburan seni masyarakat sambil menunggu nasi matang, setelah matang baru acara makan bersama," katanya.
Ia menyampaikan acara tradisi Gembrong Liwet itu bertujuan untuk mempererat silaturahmi dan persaudaraan antar sesama agar semakin dekat, rukun, dan semakin peduli sesama.
"Meningkatkan toleransi dan mengurangi ego antar personal, sehingga masyarakat merasakan suasana yang tentram dan rukun," katanya.
Jelang Ramadhan tahun ini, kata dia, menjadi momentum untuk meningkatkan keimanan, dan bentuk syukur kepada Yang Maha Kuasa karena telah memberikan hasil bumi salah satunya padi yang dijadikan nasi liwet untuk dimakan bersama.
Baca juga: Jabar luncurkan BUMDes perbankan untuk dorong potensi desa
"Nikmat dan segala apa yang telah kita nikmati dari hasil bumi yang mana padi merupakan makanan pokok masyarakat kami, sehingga menanak nasi bersama ini menjadi sebuah bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita," katanya.
Ia menambahkan kegiatan Gembrong Liwet juga akan memperhatikan protokol kesehatan karena saat ini masih pandemi COVID-19.
"Prokes tetap pak, mengingat kita masih pandemi," katanya.
Baca juga: Wagub Jabar dorong desa mendongkrak potensi daerah untuk kesejahteraan warga