Beijing (ANTARA) - Makanan saat ini lebih dari sekadar kebutuhan manusia untuk memberikan nutrisi kepada tubuh, tetapi juga sebagai aktivitas rekreasi sekaligus cerita pembawa pesan budaya.
Rasa sentimental juga tak jarang datang ketika mencecap tekstur suatu makanan, khususnya sajian yang pernah dirasakan tapi kemudian sedikit terlupakan karena tidak lagi berada di tempat masakan itu banyak ditemukan. Makanan menimbulkan rasa rindu.
Makanan juga bisa menjadi media diplomasi. Orang menyebutnya dengan istilah gastrodiplomasi, sarana pencampuran antara diplomasi budaya, diplomasi kuliner, dan nation branding untuk menjadikan budaya asing berwujud dan menyentuh.
Inilah yang dilakukan Anisah Rahmawati (38), WNI yang tinggal di Beijing bersama suaminya, Robin Wang, yang berkewarganegaraan China.
Kerinduan terhadap makanan Indonesia serta keinginan memperkenalkan budaya Indonesia melalui produk kuliner semenjak ia tinggal di Beijing pada sekitar tahun 2011 itulah yang membuat Anisah tergerak untuk menghadirkan sendiri rasa yang ia "kangeni" dan kemudian mewujudkan rasa tersebut dalam bentuk restoran Indonesia.
"Fokus saja memperkenalkan budaya Indonesia lewat makanan,” kata Anisah.
Awalnya, ia mendirikan restoran Indonesia karena di Beijing tidak ada makanan Indonesia, dan bumbu khas Indonesia juga tidak tersedia.
Makanan Indonesia bersaing dengan Thailand dan Vietnam yang sudah lebih terkenal dan tersedia di banyak restoran. Sedangkan restoran Indonesia baru ada dua.
Anisah, memperkenalkan rasa Indonesia di Beijing China
Oleh Desca Lidya Natalia Sabtu, 10 Agustus 2024 14:30 WIB