Kota Bogor (ANTARA) - Wakil Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Dedie A Rachim mengingatkan seluruh masyarakat di daerahnya bahwa Ramadhan 1443 Hijriyah ini keadaan belum benar-benar di ujung pandemi COVID1-19 tapi masih menuju endemi.
Karena itu, aktivitas selama Ramadhan
tetap harus mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah terkait pengendalian wabah tersebut.
Baca juga: Kota Bogor giatkan vaksinasi penguat sebelum masa mudik
"Pesan Presiden itu ada dua, pertama, tidak ada 'open house' bagi pejabat negara dan yang kedua, prokes bagi seluruh masyarakat. Artinya, pemerintah mengingatkan meskipun membaik, tetapi belum pulih total," kata Dedie di Kota Bogor, Selasa.
Menurut dia, pesan itu begitu penting sehingga segala aspek yang menunjang hingga sampai ke titik Idul Fitri harus dijaga semua pihak agar situasi semakin balik.
"Terutama ketaatan terhadap protokol kesehatan (prokes) dan ketertiban umum perlu bersama-sama dilakukan agar ibadah puasa Ramadhan kali ini tetap berkualitas," katanya.
Mengenai aturan umum selama Ramadhan, kata Dedie, Pemerintah Kota Bogor masih menunggu Peraturan Menteri Dalam Negeri terbaru yang akan diberlakukan di daerahnya.
Kota Bogor yang masuk dalam wilayah aglomerasi Jabodetabek akan mengikuti aturan yang tertuang di dalamnya untuk membuat kebijakan turunan di dalam kota melalui peraturan wali kota.
Baca juga: Kota Bogor sudah lewati puncak kasus COVID-19 varian Omicron
Saat ini, kota hujan itu masih dalam status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2.
Namun untuk vaksinasi penguat (booster) dalam menghadapi Ramadhan terkendala stok vaksin Astra Zeneca dan Pfizer. Atas kondisi itu, Dedie Rachim berharap segera mendapatkan tambahan stok.
Pada Senin (28/3) vaksinasi penguat Kota Bogor telah mencapai 147.199 orang atau 17,96 persen dari target sebanyak 819.444 orang.
Sedangkan vaksinasi dosis pertama telah mencapai 849.954 atau 103,72 persen dan dosis kedua sebanyak 748.328 orang atau 91,32 persen.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, tiga indikator transmisi atau penyebaran dalam penentuan level PPKM menurut World Health Organization (WHO), yakni konfirmasi pasien positif COVID-19, perawatan pasien di rumah sakit dan jumlah pasien meninggal telah sangat melandai.
Baca juga: Bima Arya masih pelajari tren COVID-19 untuk tentukan PTM Kota Bogor
Kasus masyarakat terkonfirmasi positif COVID-19 dalam seminggu terakhir di Kota Bogor rata-rata di bawah 50 orang per hari.
Pada Selasa (29/3), pasien dalam perawatan rumah sakit hanya lima orang dengan gejala ringan atau 5,4 persen dari 92 tempat tidur yang tersedia. Sebanyak 36 pasien dengan gejala sedang atau 8 persen dari 452 tempat tidur yang tersedia.
Selain itu, ada empat orang bergejala berat atau 10,5 persen dari 38 tempat tidur yang tersedia dan 14 orang dalam kondisi kritis atau 27,5 persen dari 51 tempat tidur ICU. Sedangkan pasien meninggal dunia nol.
Sejak awal pandemi pada tahun 2020, akumulasi masyarakat terkonfirmasi positif COVID-19 di Kota Bogor sebanyak 59.158 orang. Jumlah pasien sembuh cukup tinggi mencapai sekitar 94,3 persen atau 55.753 orang selama dua tahun terakhir.
Pasien meninggal dunia hanya 542 orang atau 0,91 persen dari akumulasi pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan masih sakit sebanyak 2.863 orang atau 4,84 persen.
Menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bogor,Erna Nuraena, tiga indikator lain, yaitu kapasitas respon terhadap pengecekan (testing), penelusuran (tracing) dan perawatan (treatment) atau 3T juga tetap dilaksanakan untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 kembali.
Baca juga: Bima Arya: Kasus COVID-19 di Bogor bisa terus melandai
Wakil Wali Kota Bogor ingatkan belum endemi COVID-19
Rabu, 30 Maret 2022 6:12 WIB