Bandung (Antaranews Jabar) - Sebanyak 130 temuan penelitian yang dihasilkan lebih dari 200 peserta dipresentasikan dalam Konferensi Nasional Komunikasi 2018 yang diselenggaran Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) di Kota Bandung, untuk mendapatkan penajaman, kritik atau saran konstuktif dari para kolega, sebelum diterbitkan di jurnal nasional terindeks Sinta, maupun diterbitkan sebagai bagian dari book Chapter dan prosiding konferensi.
"Hasil-hasil penelitian itu meliputi bidang Ketahanan Pangan dalam Budaya Multikultur; Literasi Komunikasi Digital dalam Masyarakat Multikultural, Teknologi Global dan Kedaulatan Komunikasi Nasional, Tantangan Komunikasi Baru Digital dan Revolusi Industri 4.0 dan berbagai paper penelitian di bidang komunikasi Iainnya," kata Ketua Panitia Penyelenggara Konferensi Nasional Komunikasi 2018, Rajab Ritonga, di Bandung, Senin.
Dia mengatakan, apa yang telah dicapai para scholars bidang ilmu komunikasi ini, tentu saja merupakan sebuah capaian yang luar biasa dan patut dihargai sebagai sebuah sumbang pikir atas persoalan komunikasi yang dihadapi masyarakat Indonesia dan harapannya, temuan penelitian itu dapat ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan untuk kemaslahatan bangsa Indonesia.
"Terlebih Iagi, temuan-temuan penelitian itu juga menjadi salah satu topik yang dibahas pada `Forum Guru Besar Ilmu Komunikasi`," kata Rajab.
Menurut dia, tema utama Konferensi Nasional Komunikasi 2018 yang diselenggarakan Pengurus Pusat ISKI pada 2018 adalah "Komunikasi untuk Keberlanjutan dan Harmoni dalam Masyarakat Multikultur" dengan sub tema "Kecerdasan Berkomunikasi dalam Masyarakat Multikultur".
Tema ini, kata dia, merupakan tindak lanjut dari Deklarasi Komunikasi 2014 di Lombok, Nusa Tenggara Barat(NTB) dan melalui deklarasi itu, para sarjana komunikasi menyatakan tekad untuk terus berupaya mencerdaskan kehidupan komunikasi bangsa Indonesia.
"Tekad itu ditindaklanjuti dari tahun ke tahun, mengingat perkembangan teknologi informasi sangat cepat," ujar Rajab.
Dia mengatakan, pemakaian teknologi informasi telah meluas di tanah air, dan ekses penggunaannya yang tidak mencerdaskan kehidupan juga meningkat sehingga Konferensi Nasional Komunikasi 2018 mengangkat tema tersebut dan tema itu penting dan relevan, mengingat masyarakat Indonesia kini berada di "Tahun Politik".
"Pesan politik mendominasi jagat komunikasi antarwarga yang multikultur. Pada sisi lain, Revolusi lndustri 4.0 telah hadir dengan efek disrupsi yang menyertainya," kata Rajab.
Dalam kondisi seperti ini, menurut dia, diperlukan kecerdasan berkomunikasi bagi masyarakat, terutama saat berkomunikasi di ranah publik dan kekurangarifan berkomunikasi dapat menimbulkan masalah, sebagaimana dapat dilihat dalam Ialu lintas percakapan komunikasi, khususnya di media sosial saat ini.
Persoalan komunikasi semakin kompleks, sebab pesan kini disebarluaskan secara digital, serentak dan dalam tempo singkat menjangkau berbagai tempat, menyasar semua strata golongan masyarakat tanpa jarak, waktu dan nyaris pesan yang disampaikan tidak bisa dihambat.
"Isi pesan pun aneka ragam mulai dari hoax, ujaran kebencian, maupun isi pesan positif," ujar Rajab.
Dalam lalu lintas komunikasi yang "semrawut" itulah, menurut dia, maka diperlukan kearifan dan kecerdasan dari para pemangku kepentingan dalam berkomunikasi di ruang publik dan begitu juga dengan masyarakat yang merespon peristiwa komunikasi, maupun mereka yang melemparkan pesan komunikasi ke ranah publik.
"Perlu cerdas dalam berkomunikasi. Cerdas bukan sekedar pintar, atau menguasai pengetahuan dan memiliki kekuatan, namun lebih dari itu mempunyai kemampuan mengelola komunikasi dan menerapkan pengetahuan maupun kekuatan yang dimiliki secara tepat dan bijaksana," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum ISKI Dadang Rahmat Hidayat menambahkan banyak permasalahan sosial yang terjadi diantaranya adalah masalah komunikasi atau faktor komunikasi yang tidak baik menjadi penyebab terjadinya masalah sosial, bahkan masalah kebangsaan.
Menurut Dadang, berbagai isu menjadi penting untuk dibahas dalam konferensi kali ini, diantaranya berkaitan dengan masalah isu lingkungan melalui kajian komunikasi yang utamanya berkaitan dengan keberlanjutan dan isu harmonisasi sosial berbagai kasus yang terjadi karena adanya perbedaan gagal komunikasi yang menyebabkan situasi gagal paham.
"Dan melalui konferensi ini diharapkan akan muncul berbagai pemikiran dan pandangan yang kontruktif sebagai bagian dari sumbangsih insan komunikasi membantu menyelesaikan berbagai masalah komunikasi termasuk pada saat ini," katanya.
Konferensi Nasional Komunikasi 2018 yang berlangsung pada 14-16 Oktober 2018 di Kota Bandung, dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum.
130 penelitian dipresentasikan di Konferensi Nasional Komunikasi 2018
Senin, 15 Oktober 2018 16:54 WIB