Jakarta (ANTARA) - Arne Slot sebagai pelatih baru di Liverpool pada musim panas ini mendapatkan skuad yang lebih tertata rapi dan mempunyai pakem permainan yang jelas dari peninggalan Juergen Klopp.
Hal yang kontras dengan kondisi Arne Slot didapatkan oleh Enzo Maresca ketika menerima pinangan Chelsea untuk mengisi kursi kosong pelatih pasca pemecatan Mauricio Pochettino.
Kondisi Chelsea seperti rumah yang terbengkalai, usai menjalani satu musim dengan kondisi tim yang tak mempunyai pakem formasi.
Selain itu skuad yang gemuk karena berisi sejumlah pemain-pemain yang didatangkan di dua bursa transfer kebanyakan masih belum bisa nyetel dan menjadi pembeda dalam setiap laga.
Alhasil, Chelsea era Pochettino hanya mampu finis di urutan keenam Liga Inggris dan sama sekali tanpa meraih trofi.
Maresca datang ke Stamford Bridge dengan ekspektasi mampu menyatukan kondisi skuad yang ibarat tembikar yang pecah.
Pemain-pemain berlabel marquee player dengan banderol harga yang ditebus setinggi langit seperti Moises Caicedo hingga Enzo Fernandez masih belum menunjukkan kualitas sesuai dengan labelnya.
Maresca musim ini seperti sedang belajar kintsugi, seni klasik dari Jepang untuk memperbaiki tembikar yang pecah, dengan menyatukan komposisi skuad yang sama sekali tak memiliki pakem dan gaya permainan.
Mengubah wajah Chelsea
Langkah yang dilakukan Maresca pertama kali menangani The Blues yakni mengganti kapten tim utama Reece James dengan Enzo Fernandez.
Keputusan berani dari pelatih asal Italia tersebut menuai sejumlah pertanyaan besar, pasalnya Reece James merupakan wajah asli akademi Chelsea yang dididik dari Cobham.