Bandung (ANTARA) - Aktivitas fisik seperti jalan kaki terbukti efektif membantu mengurangi tingkat nyeri menstruasi atau dismenore, khususnya pada remaja putri.
Hal ini dibuktikan melalui berbagai penelitian yang menunjukkan kaitan erat antara aktivitas fisik dan penurunan intensitas nyeri saat menstruasi.
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2017, sebanyak 90 persen perempuan mengalami dismenore, dengan 10 hingga 16% diantaranya mengalami nyeri menstruasi berat. Dismenore merupakan gangguan umum yang dialami perempuan, terutama pada usia remaja, yang ditandai dengan rasa nyeri di perut bagian bawah menjelang atau selama menstruasi.
Penelitian yang dirilis oleh Global Health Science Group pada tahun 2023 menunjukkan bahwa jalan kaki secara rutin mampu menurunkan persepsi nyeri pada penderita dismenore.
Faktor-faktor risiko yang memperparah dismenore antara lain usia muda saat menarche (menstruasi pertama), siklus menstruasi tidak teratur, durasi menstruasi yang panjang, obesitas, kurang gizi, hingga minimnya aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik dapat mengganggu distribusi oksigen dalam tubuh dan memperkuat persepsi terhadap rasa nyeri. Sebaliknya, perempuan yang aktif secara fisik, seperti rutin berjalan kaki minimal sekali seminggu, dilaporkan mengalami penurunan keluhan nyeri haid secara signifikan.
Konsultan dan praktisi herbal, Dr. Prapti Utami menyarankan agar perempuan melakukan jalan kaki selama 30 menit setiap hari saat menstruasi. Aktivitas ini tergolong sebagai latihan aerobik ringan yang mampu merangsang produksi hormon endorfin—zat kimia alami dari otak yang bertindak sebagai pereda nyeri alami dengan memberikan efek nyaman dan tenang.
Dengan temuan ini, para ahli kesehatan mendorong perempuan, khususnya remaja, untuk tidak menghindari aktivitas fisik saat menstruasi. Jalan kaki yang ringan, teratur, dan tidak membebani tubuh dapat menjadi solusi alami dan murah dalam mengurangi rasa tidak nyaman saat haid.