Banyak pelanggan memilih batik Ciwaringin karena keunggulan tersebut, selain nilai sejarah yang terpatri di dalamnya.
Selain itu, proses produksi yang ramah lingkungan menjadi keunggulan tersendiri. Limbah pewarna tidak mencemari tanah atau air sehingga menjaga keseimbangan ekosistem desa.
“Kami menyebutnya, dari limbah menjadi berkah. Semua bahan yang kami pakai, sebisa mungkin tidak ada yang terbuang sia-sia,” katanya.
Pemberdayaan
Pada era 1990-an, di Desa Ciwaringin banyak warganya meninggalkan kampung halaman demi mencari penghidupan di negeri orang, terutama di Arab Saudi.
Meski demikian, roda zaman terus berputar, dan tradisi yang pernah nyaris terlupakan, yakni membatik, kini membawa mereka pulang.
Awalnya, batik dianggap hanya sebagai warisan kuno yang kurang menjanjikan. Namun, siapa sangka, tradisi ini menjadi penyelamat di tengah kegamangan warga yang ingin membangun kehidupan lebih baik tanpa harus jauh dari keluarga.
Banyak buruh migran kembali ke desa dan bergabung dalam dunia batik. Mereka menemukan bahwa batik bisa menawarkan stabilitas ekonomi yang selama ini didambakan.
Di desanya saat ini telah terbentuk Koperasi Anugerah Batik, yang menjadi wadah bagi 150 perajin untuk mengembangkan wastra khas Cirebon tersebut.
Selain itu, dia juga membentuk kelompok usaha mandiri yang berfokus pada peningkatan kualitas batik Ciwaringin agar bisa bersaing dengan produk sejenis yang memakai pewarna sintetis.
Dalam pengembangan batik, diperlukan kerja sama dengan semua pihak, utamanya pemerintah daerah serta sektor swasta agar pamor batik Ciwaringin bisa merambah ke pasar nasional hingga internasional.