Jakarta (ANTARA) - Awal pekan Ramadhan 1445 Hijriah, terasa amat sejuk di sebuah pondokan kayu berlorong panjang yang terletak persis di bibir anak sungai. Suara gemercik air sungai yang berada di bawah pondokan, berpadu dengan harmonisasi nada-nada burung-burung liar yang terbang bebas sembari sesekali hinggap di dahan-dahan pohon duku atau kecapi nan rindang.
Pepohonan rindang di sekitar pondokan sederhana tersebut, seolah memang sengaja didesain untuk memberikan kenyamanan bagi setiap orang yang ingin menikmati suguhan bentang alam Priangan di Desa Cibeber, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Sejurus kemudian dari balik rimbunnya pepohonan, muncul sesosok lelaki mengenakan kaus oblong berwarna ungu tua dengan topi rajutan bergaya fedora bertuliskan South Africa. Lelaki itu melangkah dengan derap kaki seperti ringannya kapas. Wajahnya cerah, mengguratkan ekspresi kegembiraan yang tak dapat ditutup-tutupi.
“Wah, hatur nuhun pisan. Terima kasih mau datang ke kampung ini, jauh-jauh dari Jakarta. Masih puasa?” buka sang lelaki dengan wajah semringah.
Lelaki tersebut terus menerus menebarkan senyum penuh kehangatan, meski sesungguhnya khalayak mengenalnya sebagai sosok yang amat garang dan tak kenal ampun ketika ia tengah berlaga di depan kamera.
Dia adalah Yayan Ruhian, seorang aktor seni peran yang namanya meroket sejak lebih dari satu dekade lalu berkat penampilan apik sebagai begundal di sejumlah film layar lebar.
Yayan Ruhian: Tahu diri lebih penting dari pada bela diri (Bagian 1)
Jumat, 29 Maret 2024 20:19 WIB