“Subsidi yang selama ini digunakan untuk membantu renewable energy (energi terbarukan) bisa berkembang dengan baik dialihkan ke subsidi energi fosil. Inilah realita yang harus diterima oleh Uni Eropa,” kata Arcandra.
Begitupun dengan Amerika Serikat. Arcandra mengatakan, AS masih mampu mencukupi kebutuhan energi mereka, terutama gas. Sementara untuk minyak mentah, AS masih mengimpor sebagian.
“Perlahan tapi pasti, inovasi dalam pengelolaan shale oil dan shale gas, telah mampu menjadikan AS sebagai negara produsen minyak dunia mengalahkan Arab Saudi,” tulis dia.
Arcandra menambahkan produksi minyak AS sekitar 11 juta barrel per day (BOPD) ketika Presiden Joe Biden dilantik menjadi presiden. Jumlah tersebut meningkat menjadi 12 juta BOPD pada tahun 2022 dan tahun 2023 diperkirakan akan naik menjadi 13 juta BOPD.
‘’Angka tersebut merupakan rekor terbaru dalam sejarah perminyakan AS dan merupakan salah satu langkah strategis yang dijalankan AS untuk mencapai ketahanan energi mereka. Belum ada tanda-tanda AS akan mengurangi kegiatan eksplorasi dan produksi migas paling tidak untuk 10 tahun kedepan,’’ kata Arcandra.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat sebut energi fosil masih diperlukan hingga 50 tahun ke depan
Pengamat: Energi fosil masih diperlukan hingga 50 tahun ke depan
Senin, 12 Juni 2023 11:37 WIB