Demi mendapatkan label halal itu, Nurlaela harus memastikan bahan-bahan masakan hingga produk yang dijual tidak mengandung bahan-bahan tak halal seperti mengandung daging babi dan minuman beralkohol.
“Di sini minum alkohol sudah menjadi gaya hidup, tapi kami tegaskan ke pengunjung tidak akan menjualnya. Bahkan membawa dari luar pun tidak boleh,” kata dia.
Nurlaela mulai merintis bisnis restoran ini pada 2017 bersama suaminya Azhar Rizal yang bekerja di Kedutaan Besar RI (KBRI).
Awalnya ia memulai bisnis kuliner ini berupa katering masakan halal untuk sekadar memenuhi permintaan kalangan internal KBRI.
Namun, lama kelamaan ia mendapati bahwa pesanan semakin bertambah banyak terutama dari luar KBRI. Terkadang ada pula warga Hanoi yang meminta dimasakkan nasi minyak.
Ia pun menangkap ini sebagai peluang bisnis yang sayang jika disia-siakan, sembari mendampingi suami yang menjadi diplomat.
“Saat awal-awal sekali, kami bahkan potong sendiri ayam. Tapi kini sudah tidak lagi, sudah ada yang menyediakan (pihak ketiga), termasuk untuk tempe dan tahu,” kata dia.
Menyambangi restoran Indonesia di Hanoi Vietnam
Sabtu, 14 Mei 2022 18:07 WIB