Singapura (ANTARA) - Minyak melemah di perdagangan Asia pada Jumat pagi, karena penguncian COVID-19 China membebani prospek permintaan minyak mentah, meskipun kekhawatiran gangguan pasokan akibat sanksi Barat mengekang ekspor minyak mentah dan produk minyak dari Rusia menopang harga.
Minyak mentah berjangka Brent turun tips 4 sen menjadi diperdagangkan di 107,55 dolar AS per barel pada pukul 00.40 GMT setelah naik 2,1 persen di sesi sebelumnya. Kontrak bulan depan Juni berakhir pada Jumat. Kontrak Juli yang lebih aktif turun 30 sen menjadi 106,96 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga minyak naik, kekhawatiran pasokan di seluruh dunia menjadi perhatian
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 49 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan 104,87 dolar AS per barel setelah menetap 3,3 persen lebih tinggi pada Kamis (28/4/2022).
Kedua kontrak akan ditutup lebih tinggi minggu ini, dengan WTI di jalur untuk membukukan kenaikan lima bulan berturut-turut, didukung oleh meningkatnya kemungkinan bahwa Jerman akan bergabung dengan negara-negara anggota Uni Eropa lainnya dalam embargo minyak Rusia.
Namun, harga minyak telah bergejolak karena Beijing tidak menunjukkan tanda-tanda pelonggaran tindakan penguncian meskipun berdampak pada ekonomi dan rantai pasokan globalnya.