Jakarta (ANTARA) - Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Reini Wirahadikusumah mengatakan atmosfer akademik tidak bisa tercapai dengan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
“Atmosfer akademik di suatu kampus tidak bisa tergantikan dengan PJJ. Kita menyadari ada sesuatu yang hilang ini harus diperjuangkan,” ujar Reini dalam webinar di Jakarta, Kamis.
Mahasiswa maupun dosen merasakan kesulitan dalam berdiskusi maupun berdebat selama PJJ. Untuk itu pelaksanaan PTM terbatas perlu diperjuangkan dengan kehati-hatian atau protokol kesehatan yang ketat.
“Pelaksanaan PTM terbatas harus dilakukan secara ketat sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujar dia.
Jika selama PTM terbatas ditemukan kasus COVID-19, kata dia, maka perlu upaya untuk mengerem laju kasus dengan menghentikan sementara pelaksanaan PTM terbatas.
Sekretaris Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek, Paristiyanti Nurwardani, menyebutkan sebanyak 82,69 persen perguruan tinggi siap melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Sedangkan 17,31 persen sisanya belum siap melakukan PTM terbatas.
Sebelum memulai perkuliahan, perguruan tinggi wajib memenuhi daftar periksa. Baru kemudian memulai layanan pembelajaran tatap muka dengan memenuhi protokol kesehatan.
“PTM terbatas dikombinasikan dengan pembelajaran jarak jauh untuk memenuhi protokol kesehatan,” ucap Paristiyanti.
Dia menambahkan rektor harus berkoordinasi dengan Satgas COVID-19 daerah dan LLDIkti wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan. Perguruan tinggi wajib melakukan penanganan kasus dan dapat memberhentikan sementara jika ada kasus positif COVID-19.
Baca juga: PJJ tak maksimal, Pemerintah dorong daerah PTM terbatas
Baca juga: Anggota DPRD Jabar ingin sekolah tatap muka tidak meniadakan PJJ
Baca juga: Pembelajaran di Jawa-Bali wajib jarak jauh