Saat ini ada sekitar 20 anggota di Wiralodra. Mereka berasal dari desa lain di luar Balongan. Prinsipnya, siapa pun yang mau belajar dan berkontribusi akan diterima.
Setiap orang di kelompok ini memiliki peran tersendiri, Rusman misalnya.
Saat ditemui ANTARA di lokasi yang sama, dia bercerita, dahulu dirinya pernah bekerja di proyek bangunan, lalu sempat menganggur.
Pria berusia 58 tahun tersebut, kini bisa menghabiskan waktu dengan kegiatan produktif yakni mengurus ayam petelur dari bantuan yang diterima Wiralodra.
Awalnya hanya beberapa ekor, lalu jumlahnya berkembang menjadi 120 ekor. Setiap hari, kelompok ini bisa memperoleh lima sampai enam kilogram telur yang dapat dijual untuk kebutuhan hidup.
Cerita seperti Rusman setidaknya bisa menggambarkan, bergabung dengan Wiralodra bisa pula membuka peluang hidup baru untuk warga.
Bernilai istimewa
Teman Istimewa sebuah ruang kreatif bagi difabel tuli, memainkan peran penting dalam kolaborasi ini.
Mereka menggarap desain kreatif serta memberi sentuhan akhir, dari bahan daur ulang yang dihasilkan Wiralodra.
Sespri Maulana, pendamping komunitas ini, menyebut kolaborasi ini sebagai ruang kreatif yang berkembang menjadi wadah inklusi.
Teman tuli yang sebelumnya menghadapi keterbatasan, kini memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuan secara setara.
