Merintis
Menyambung perbincangan dengan ANTARA, jemari kasarnya menggenggam lagi segelas kopi seraya menuturkan kembali rekam jejaknya di bidang lingkungan.
Dia mengaku pernah bergabung dalam Ikatan Remaja Balongan (IRBA) yang rutin mengangkut serta membersihkan sampah, tetapi belum menyentuh aspek pengolahan.
Akhirnya, Mamat memilih bergerak dengan semangat swadaya dan Bank Sampah Widara terus berkembang.
Tiga tahun kemudian, nama kelompoknya berubah menjadi Wiralodra, akronim dari Wilayah Masyarakat Pengelola Daur Ulang Sampah.
Perubahan ini karena rutinitas kelompoknya bertambah, yaitu mengolah limbah organik melalui budidaya maggot.
Tawaran pun datang dari anak perusahaan berlabel negara yang mengajaknya ikut pelatihan di Bandung, Jawa Barat. Mamat lantas belajar mengolah sampah organik dengan budidaya larva lalat Black Soldier Fly (BSF).
Ia akhirnya memahami kalau maggot mampu mengurai limbah dapur, sisa sayuran, hingga kotoran ternak dengan cepat. Berbekal ilmu dari pelatihan itu, fokus komunitasnya diarahkan ke bidang ini.
Setiap 20 hari sekali, komunitasnya bisa memanen larva BSF hingga dua kuintal dan mengolah 80 kilogram sampah organik per pekan.
Saking tersohornya kegiatan tersebut, kala itu pernah terbentuk Koperasi Maggot Indramayu.
Sayangnya, keterbatasan suplai limbah organik dan sulitnya kerja sama dengan pemerintah daerah membuat usaha itu vakum.
