Monty Tiwa sebagai sutradara pun berusaha meyakinkan penonton kalau film terbaru "Mendadak Dangdut" bukanlah "remake", karena memiliki premis cerita yang berbeda.
Film kali ini memiliki tokoh utama bernama Naya (diperankan oleh aktris Anya Geraldine, pemeran Asih di film Yowis Ben 2 dan Yowis Ben 3). Di sisinya, ada Thomas, sang produser musik yang melihat potensi dalam suara Naya dan memberikannya kontrak untuk lima buah lagu.
Namun, takdir punya rencana lain. Pertemuan Naya dengan Joni Halmalisa, mantan anggota band pop legendaris era 70-an di ceritanya "The Batavia Melody", membuka babak karir yang baru namun terasa menjengkelkan bagi Naya. Sebab Thomas, dengan visi musiknya yang eklektik, mencetuskan ide untuk menggabungkan dua musisi berbeda generasi ini.
Sebuah lagu pop ciptaan Joni yang berjudul "Caramu" (sebuah ironi mengingat arah hidup Naya yang segera berubah) akan diaransemen ulang dengan sentuhan kekinian dan dinyanyikan oleh Naya bersama Joni. Bagi Naya, ide ini terasa seperti mimpi buruk.
Ia bersikeras kepada manajernya, Zul, bahwa ia tak membutuhkan duet untuk bersinar. Ego seorang musisi muda yang tengah menanjak jelas terasa di sini.
Kita mungkin melihat sedikit paralel dengan film "Mendadak Dangdut" (2006) di mana Petris (tokoh utama film itu yang diperankan aktris Titi Kamal) menolak menjadi penyanyi dangdut dengan begitu keras. Namun perlahan, Petris mulai luluh seiring dengan perjalanan cerita.
Pada film tahun 2006, Petris merupakan seorang penyanyi rock, dan ini mungkin menjadi perbedaan latar belakang film ini. Kendati begitu, baik di "Mendadak Dangdut" (2025) maupun di film lawasnya, tokoh utama sama-sama harus beradaptasi dengan dinamika dan keunikan musik dangdut, sebuah tema yang mungkin sudah akrab di benak Monty Tiwa sejak awal keterlibatannya dengan proyek ini di tahun 2006.
Sementara "Mendadak Dangdut" (2006) lebih fokus pada perjalanan karir dan romansa, "Mendadak Dangdut" (2025) tampaknya menyelami lebih dalam isu keluarga dan trauma masa lalu, memberikan lapisan emosional yang lebih kompleks lewat sosok ayah Naya yang diperankan mendiang aktor Joshua Pandelaki. Tersirat bahwa badai tak hanya datang dari ranah profesional, tapi juga personal. Dan Monty Tiwa sukses memberikan perspektif cerita yang lebih matang dan mendalam kepada ANTARA yang berkesempatan menonton film ini pertama kali.
