Spektrum - "Banyu" yang menghidupkan lahan pertanian Indramayu
Oleh Fathnur Rohman Senin, 13 Mei 2024 19:49 WIB
Selama dua kali musim tanam dalam setahun, petani di desa tersebut akan berembuk untuk mendiskusikan terkait teknis pengairan yang dibagikan secara merata ke sawah mereka.
Salah seorang perangkat Desa Plumbon Sadinah (55) kepada ANTARA bercerita, sejak dahulu petani telah menjalin kerja sama dengan pemilik pompa air dalam memanfaatkan empat titik sentral saluran irigasi yang melintasi desanya.
Saluran irigasi itu terintegrasi dengan Sungai Cimanuk sehingga suplai air untuk areal persawahan relatif aman setiap tahunnya.
Saluran irigasi itu terintegrasi dengan Sungai Cimanuk sehingga suplai air untuk areal persawahan relatif aman setiap tahunnya.
“Mereka bermusyawarah agar banyu (air) bisa mengalir ke sawah. Kemudian disepakati dengan pembagian 1/12 hasil panen yakni 1 kuintal padi untuk pemilik pompa dan 12 kuintal bagi pemilik sawah,” katanya.
Berkat kepercayaan yang terjalin harmonis antara petani dan pemilik pompa, pasokan air untuk setiap hektare lahan sawah di wilayah tersebut bisa terbagi secara adil.
Benih padi yang telah ditanam selama 3 bulan sebelumnya, kini sudah dipanen dengan kuantitas produksi sekitar 8-10 kuintal gabah pada setiap 100 bata (satu bata setara 14 meter persegi) lahan sawah.
Sunadi (58), petani setempat, menilai keberlangsungan sektor pertanian di desanya sangat bergantung pada ketersediaan air dengan pengelolaan yang bijaksana.
Pengelolaan itu tidak hanya menjamin tanaman padi mendapatkan pasokan pengairan yang cukup, tetapi juga memperhatikan kualitas air.
Pencemaran air dapat merusak ekosistem, termasuk mengganggu siklus penanaman padi. Oleh karenanya, menjaga air bersih dan bebas dari polusi adalah tanggung jawab bersama, baik bagi petani, pemerintah daerah, maupun masyarakat lainnya.