Program tersebut terbukti efektif dalam mengurangi risiko terjadinya puso pada 2023 yang disebabkan dari adanya fenomena El Nino.
Pengelolaan air pun diterapkan melalui pola Climate Smart Agriculture (CSA) yang dilaksanakan di Kecamatan Sukra, Patrol, Kandanghaur, Bongas, Gabus Wetan, Haurgeulis, dan Gantar.
Penerapan CSA akan dikembangkan juga di Kecamatan Lelea, Cikedung, Widasari, Sliyeg, Jatibarang, Tukdana, dan Sukagumiwang dengan masing-masing sawah demplot seluas 1 hektare.
Program lainnya yakni memberdayakan masyarakat petani, agar ikut serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier sehingga pasokan air terbagi sesuai kebutuhan.
“Kami juga segera melaksanakan program Irigasi Padi Hemat Air (IPHA), setelah selesainya pekerjaan modernisasi rentang kiri oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung pada 2026. Nantinya dilaksanakan teknologi IPHA di 36 ribu hektare wilayah rentang kiri,” ungkap Nina.
Di samping itu, Pemkab Indramayu menyiapkan dan merehabilitasi Jalan Usaha Tani sebanyak 78 unit sampai 2023, yang anggarannya bersumber dari APBD dan APBN.
Penyiapan sarana untuk mendukung distribusi hasil pertanian juga sedang dilakukan, dengan menyiapkan rencana pembangunan akses Jalan Tol Indramayu- Kertajati (Indrajati) yang mengoneksikan wilayah Indramayu Kota dengan Tol Cipali.
Pemkab Indramayu berkomitmen membantu petani dalam segala aspek, utamanya terkait optimalisasi pengairan ke areal persawahan.
Pemkab Indramayu berkomitmen membantu petani dalam segala aspek, utamanya terkait optimalisasi pengairan ke areal persawahan.
Dengan sawah yang luas dan menjadi salah satu lumbung padi nasional, keberadaan air di Indramayu sangat menentukan kesuksesan produksi pertanian.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor: Achmad Zaenal M
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: “Banyu” yang menghidupkan lahan pertanian Indramayu