Bandung (ANTARA) -
"Harga beras kan ada yang menurun ada juga yang belum bergerak. Kita tahu ada relaksasi HET sehingga lebih mudah bergerak walaupun sangat singkat dua pekan, sangat bisa untuk ritel bergerak lebih leluasa," kata Kepala Disperindag Jabar Noneng Komara Nengsih di Gedung Sate Bandung, Rabu.
Baca juga: Pemerintah perpanjang kenaikan HET beras premium hingga April
Selain itu, kata Noneng beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dari Bulog, stoknya kini cukup banyak yakni 90 ribu ton, sehingga banyak ritel yang telah tersedia beras jenis tersebut.
"Sudah ada transaksi seperti di Yogya 1.000 ton pesannya walaupun mungkin sekarang yang terpenuhi belum semuanya. Borma juga 500-600 ton," ujarnya.
Noneng mengatakan bahwa saat ini harga beras sekitar Rp14 ribu per kilogram untuk beras medium, Rp16 ribu per kilogram untuk beras premium (dari sebelumnya Rp18 ribu). Sementara untuk beras SPHP sekitar Rp10.500 per kilogram.
"Saat ini relatif menurun harganya, tapi ada juga harga masih cukup tinggi, karena kita juga walau di beberapa tempat sudah panen tapi belum panen raya, mudah-mudahan bisa lebih membaik," kata Noneng menambahkan.
Kebijakan relaksasi HET beras premium sebelumnya diberlakukan pada 10 Maret-23 Maret, lewat kebijakan ini, HET disesuaikan menjadi adanya selisih lebih Rp1.000 per kilogram (kg) dibandingkan HET sebelumnya.Wilayah Jawa Barat, masuk dalam klaster Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan yang diberlakukan relaksasi HET beras premium menjadi Rp14.900 per kg dari HET sebelumnya di angka Rp13.900 per kg.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut kebijakan ini akan dilakukan perpanjangan sampai April 2024, dengan sudah mendapatkan persetujuan dari Presiden Joko Widodo.
Ia menjelaskan, perpanjangan ini diperlukan untuk menjaga stok beras, terutama di pasar modern.
"Ini supaya stok yang ada di market, terutama di modern market itu dan outlet itu terjaga mengenai relaksasi," ucap Arief.
Baca juga: Mendag: HET Minyak Goreng ditahan selama periode Ramadhan