"Lewat Prakerja, teman-teman bisa mengakses pelatihan praktis yang membuat teman-teman kompetitif di job market. Kita tidak menggantikan pendidikan tinggi atau pendidikan dasar, tapi kita menambah atau complement dari itu," kata Denni.
Namun sayangnya, persentase angkatan kerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan juga masih sangat besar dari tahun ke tahun. Hal ini, kata Denni, menjadi tantangan mengingat program Prakerja yang sudah berjalan tiga tahun belakangan baru menyentuh sekitar 17 juta peserta.
Survei dari J-PAL Asia Tenggara pada 2021 menyebutkan bahwa rata-rata pendapatan per bulan penerima program Kartu Prakerja meningkat Rp122.500, lebih tinggi 10 persen dibandingkan non-penerima.
Denni menjelaskan bahwa angka tersebut setara dengan 4,2 persen dari rata-rata upah buruh per bulan, setara dengan 61,25 persen dari Bansos Kartu Sembako per bulan, setara dengan 15,5 persen return on investment.
"Artinya negara itu diuntungkan dengan berinvestasi di sumber daya manusia lewat Prakerja. Jadi, Prakerja memberikan dampak yang baik. Membuat program ini bisa sustainable karena hasilnya lebih tinggi daripada ongkosnya. Membuat orang menjadi mandiri dan bermartabat karena lewat kerja," kata Denni.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pentingnya bangun portofolio kerja dengan sertifikat pelatihan
Pentingnya membangun portofolio kerja dengan sertifikat pelatihan
Kamis, 15 Juni 2023 17:19 WIB