Bahkan, kata dia, banjir tidak akan mungkin terjadi walau datang hujan ekstrim, jika kolam retensi itu berjalan, kemudian resapan di kota berfungsi dengan baik dan daerah hulu memiliki kualitas hutan yang bagus.
"Karena yang selama ini terjadi selain hujan ekstrim, ruang kota jadi padat, infrastruktur drainase buruk, hutan juga rusak, konsekuensinya banjir. Karenanya harus juga berjalan beriringan pengaturan makro oleh pemerintah dan pengaturan mikro di wilayah kita sendiri," tuturnya.
Wilayah perkotaan di Indonesia, bahkan termasuk Bandung dan sekitarnya, belakangan ini sering banjir cukup luas. Terakhir banjir terjadi pada Rabu (22/3) hingga Kamis (23/3) lalu di Kabupaten Bandung.
Banjir menggenangi tujuh kecamatan, yakni Kecamatan Soreang, Kecamatan Kutawaringin, Kecamatan Bojongsoang, Kecamatan Ibun, Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Majalaya dan Kecamatan Baleendah, yang disebabkan meluapnya anak sungai Citarum yakni Sungai Ciwidey di beberapa titik.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar: Banjir perkotaan bisa diantisipasi dengan kolam retensi pribadi