Bandung (ANTARA) - Pakar perencanaan wilayah dan perdesaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Hadi Nurtjahjo menilai banjir di perkotaan padat penduduk seperti Bandung bisa diantisipasi dengan adanya kolam retensi atau penampungan air hujan pribadi di setiap rumah.
Hadi saat ditemui di Sekolah Pascasarjana Unpad, Bandung, Selasa malam, mengatakan hal ini berfungsi untuk menampung air hujan karena selama banjir disebabkan oleh efek limpasan air hujan, dan di kota besar sangat minim resapan air.
"Jadi kalau kita bisa maksimalkan air hujan itu diresapkan, efek magnitude banjirnya akan berkurang," kata Hadi.
Kolam retensi pribadi tersebut, kata Hadi, bekerja dengan cara menampung sebanyak-banyaknya air hujan yang turun di rumah ke kolam retensi di bawah tanah dengan tujuan tidak langsung dibuang ke sungai atau saluran air luar rumah.
Air di kolam retensi tersebut, lanjut Hadi, masih bisa dimanfaatkan dengan disedot lagi ke atas tanah untuk kebutuhan rumah tangga dalam hal flushing atau menyiram toilet, kemudian menyiram tanaman, atau keperluan lainnya selain konsumsi dan kebutuhan tubuh.
"Jadi ini adalah solusi mikro di mana ketika lahan tidak ada untuk perbaikan ekologi lingkungan, artinya infrastruktur yang harus mengatur pengelolaan air agar ketika masuk sungai tidak menyebabkan banjir, artinya volumenya kita atur," ucap dia.
Walaupun merupakan solusi mikro yang "memanipulasi" debit air hujan dari rumah tinggal ke sungai dengan mengatur tempat parkir airnya dan dimanfaatkan, Hadi melihat ini bisa menjadi langkah solutif jika dilakukan secara masif.