Istambul (ANTARA) - Perdana Menteri Greenland, Mute Egede, pada Jumat (3/1) menyerukan kemerdekaan pulau tersebut dari Denmark, menyebutnya sebagai langkah untuk melepaskan diri dari "belenggu era kolonial," menurut laporan media.
Dalam pidato Tahun Baru, Egede menekankan hak Greenland untuk menentukan nasib sendiri di tengah perhatian global yang kembali muncul setelah Presiden AS terpilih, Donald Trump, menghidupkan kembali minatnya untuk membeli wilayah tersebut, lapor Politico.
Egede menyoroti ketimpangan yang masih ada dalam hubungan antara Greenland dan Denmark, yang mengelola pulau tersebut sebagai koloni hingga 1979 dan masih memberikan subsidi tahunan sebesar 500 juta euro (sekitar 514,5 juta dolar AS atau sekitar Rp8,3 triliun).
"Sejarah dan kondisi saat ini telah menunjukkan bahwa kerja sama kami dengan Kerajaan Denmark belum berhasil menciptakan kesetaraan penuh," kata Egede, seraya menekankan perlunya Greenland menentukan jalannya sendiri.
Greenland, yang meraih otonomi pada 1979 dan memperoleh hak untuk mendeklarasikan kemerdekaan melalui referendum pada 2009, telah menjadi pusat kepentingan strategis dan ekonomi karena cadangan besar minyak, gas alam, dan mineralnya.
Pulau ini, yang berpenduduk 57.000 jiwa, juga menjadi lokasi pangkalan penting Angkatan Udara Amerika Serikat (AS).
Komentar Egede muncul beberapa pekan setelah Trump kembali menyatakan proposal kontroversialnya untuk membeli Greenland, ide yang pertama kali dia lontarkan pada 2019.
Pemimpin Greenland tersebut dengan tegas menolak gagasan itu, menyatakan bahwa wilayah itu "tidak untuk dijual dan tidak akan pernah dijual."