Berdasarkan penelitiannya, hampir seluruh kota di daerah pesisir sebenarnya berisiko kehilangan lahan tinggal karena perubahan iklim yang kian mengglobal.
Dari kajian desain yang dibuatnya ini, ia ingin membuka pikiran masyarakat.
"Dengan modal dan ilmu yang cukup, sebenarnya kita dapat memilih untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Bila kita terapkan adat ini, maka saya yakin hasil kerja saya dapat membantu masyarakat luas dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari," kata dia.
Baca juga: Penyempitan badan sungai penyebab terjadinya banjir di Garut, sebut BNPB
Baca juga: Penyempitan badan sungai penyebab terjadinya banjir di Garut, sebut BNPB
Dalam pengerjaan, inovasi Isa ini didukung dosen pembimbing dari kelompok keahlian khusus Dr Allis Nurdini, ST MT (KK Perumahan dan Permukiman), didampingi Rr. Diah Asih Purwaningrum, ST MT PhD (KK Perancangan Arsitektur) dan Dr Eng Mochamad Donny Koerniawan, ST MT (KK Teknologi Bangunan).
Walaupun sudah digadang sebagai salah satu Tugas Akhir Arsitektur 2022 terbaik dan memboyong predikat Cum Laude dengan IPK 3.80, Isa menyampaikan kesadarannya bahwa penelitiannya ini belum sepenuhnya optimal.
“Ya, salah satunya disebabkan karena cukup sulit ketika proses pengerjaan. Karena, preseden serupa masih minim bahkan nyaris tidak ada. Saat itu, saya juga terhalang kendala teknis karena diharuskan untuk mempertimbangkan kemampuan beban apung benda. Saya harus berkonsultasi dengan mahasiswa dari Teknik Kelautan untuk mendapatkannya," kata dia.