Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Ramson Siagian mendapatkan gelar doktor Hubungan Internasional dalam Sidang Promosi Doktor di Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat pada Senin (1/8).
Ramson dinyatakan lulus dengan predikat cum laude, setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul 'Sekurititasi Energi Primer Batu Bara dan Gas Bumi untuk Pemenuhan Listrik di Indonesia: Studi Tentang Keamanan Energi Indonesia', seperti dikutip dalam siaran persnya, di Jakarta, Selasa.
Ramson mampu menjawab pertanyaan tim penguji dengan sangat lancar, lugas, dan jelas.
Dalam disertasinya, Ramson mengatakan, konsep keamanan dalam studi hubungan internasional mengalami perkembangan yang cukup menarik, seiring dengan perubahan kondisi hubungan internasional, konsep keamanan tradisional yang berkembang cukup lama sejak hubungan internasional sebagai sebuah studi yang berdiri sendiri hingga berakhirnya perang dingin yang menempatkan negara sebagai referent object utama dari konsep keamanan tersebut. Yaitu dengan melihat ancaman terhadap keberlangsungan atau eksistensi sebuah negara berdaulat sebagai sumber ancaman atau ketakutan yang harus dihilangkan.
Ramson juga menyebut, hasil penelitiannya menemukan bahwa energi vital ketenagalistrikan Indonesia sangat mengandalkan pada batu bara dan gas bumi sebagai sumber energi primer utama. Paling tidak hingga 2056, batu bara dan gas bumi masih dibutuhkan.
Namun keamanan energi primer batu bara dan gas bumi di Indonesia dapat dikatakan relatif rentan.
Secara teoritis, penelitian ini melihat bahwa penggunaan pendekatan 4 AS (Availability, Accessibility, Affordability, dan Acceptability) sebagai model asesmen tingkat keamanan energi sebuah negara hanya melihat pada aspek keamanan suplai energi semata.
Namun, kata dia lagi, dengan menggunakan pendekatan sekuritisasi dari Coppenhagen School, telah memberikan makna terhadap keamanan energi untuk memahami 'siapa' dan bentuk 'apa' yang tidak terbatas pada keamanan suplai semata sebagai ancaman esensial dalam keamanan energi terhadap sebuah negara.
Hasil penelitian ini mengembangkan teori securitization bahwa ancaman terhadap keamanan energi tidak hanya berupa existential threat, namun dapat juga berupa periodically threat yang terjadi secara berulang dan dalam jangka waktu tertentu dihadapi referent object dalam proses sekuritisasi.
Berdasarkan penelitian ini, ujar dia pula, Pemerintah Indonesia perlu tetap mempertahankan kebijakan domestic market obligation dalam (DMO) sebagai satu kesatuan dengan domestic price obligation (DPO) bagi energi primer batu bara dan gas bumi, sehingga keamanan ketersediaan dan keterjangkauannya dapat terus dipertahankan.
"Keterjaminan dan keamanan energi primer batu bara yang 56 persen sebagai energi primer untuk seluruh pembangkit listrik di Indonesia harus aman," kata Ramson Siagian dalam rilis, Sabtu. Menurut Ramson, kalau suplai energi primer batu bara itu macet ini, menjadi ancaman untuk terjadi pemadaman atau macetnya aliran energi listrik ke masyarakat umum.
Ia mengingatkan bahwa PLN diamanatkan untuk menyediakan energi listrik bagi masyarakat umum, jadi ini harus disokong oleh DPR RI dan Kementerian ESDM di sektor kebijakannya.
"Kami akan mengundang Menteri ESDM dan jajarannya membahas masalah keamanan energi primer batu bara untuk PLTU-PLTU yang dikelola PLN. Ini harus aman. Harus ada kebijakan pemerintah untuk permasalahan ini," ujarnya.
Ramson mengemukakan, pihaknya juga meminta komitmen vendor-vendor batu bara untuk menjaga ketersediaan energi primer batu bara yang digunakan PLN untuk penggerak pembangkit listrik.
Ramson juga telah memimpin Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke PLTU Suralaya di Cilegon, Banten, Kamis (11/2). Kunjungan ini untuk memastikan terjaminnya penyediaan dan pasokan energi listrik bagi masyarakat, khususnya untuk pasokan listrik ke sistem transmisi Jawa, Madura dan Bali.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ramson meraih gelar doktor Hubungan Internasional dari Unpad