Bandung (ANTARA) - Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menekankan, sektor pariwisata harus menjadi fokus pembangunan dari pemerintah yang terkategori kelas satu, utama atau prioritas, karena potensi besar yang dimiliki sektor ini.
"Saya berharap pemerintah memberikan perhatian terhadap pariwisata ini, bukan menjadi second class, third class. Jadi bagaimana pariwisata ini menjadi sumber devisa kita yang terbesar. Karena penghasilan pariwisata ini enggak main-main loh sebenarnya," kata Wakil Ketua Komisi VII DPR Evita Nursanty selepas kunjungan kerja spesifik di Politeknik Pariwisata (Poltekpar) NHI Bandung, Selasa.
Evita menekankan pariwisata ke depan harus menjadi sektor andalan negara karena potensinya yang besar. Dia mencontohkan bagaimana negara-negara timur tengah yang melakukan peralihan sektor utama ekonomi negara dari sumber daya alam seperti minyak, ke sektor pariwisata yang lebih berkelanjutan.
"Kenapa? karena mereka sadar sumber daya alamnya itu lama-lama habis. Nah yang bisa sustainable ini apa? Ya pariwisata. Bayangin aja Uni Emirat Arab sekarang menggerakkan apa? Jawabnya pariwisata, bahkan sampai bangun Casino lho ya. Tujuannya bagaimana caranya untuk menyerap wisatawan datang ke negaranya," kata dia.
Hal ini, lanjut dia, menunjukkan secara global, negara-negara memandang pariwisata sebagai sesuatu yang penting, bahkan oleh negara yang minim potensi alam untuk destinasi wisata seperti di timur tengah.
Karenanya, Indonesia sudah selayaknya sangat konsentrasi membangun sektor pariwisata dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya.
"Yang gak punya apa-apa bisa konsentrasi. Nah kita udah punya semuanya, laut ada, gunung ada, apa yang kita nggak punya? Kita wisata alam ada, wisata buatan juga ada gitu banyak sekali sehingga harus jadi prioritas," ujarnya.
Yang harus jadi konsern nasional, lanjut dia, adalah soal aksesibilitas, keamanan, promosi, hingga soal tarif akomodasi. Dia mencontohkan saat libur panjang, Bali yang merupakan destinasi andalan tidak memiliki okupansi yang tinggi.
Dari informasi yang didapatkannya, Bali kini tidak lagi kompetitif sebagai destinasi wisata, khususnya bagi wisatawan dalam negeri yang akhirnya memilih ke luar negeri karena tiket pesawat dan hotel yang harganya sama atau bahkan lebih murah.