Kuala Lumpur (ANTARA) - Harga minyak membalikkan kerugian awal di perdagangan Asia pada Senin sore, menjadi naik tipis karena kekhawatiran pasokan yang ketat di tengah produksi OPEC yang lebih rendah, kerusuhan di Libya, dan sanksi terhadap Rusia melebihi kekhawatiran resesi global.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terkerek 55 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 112,18 dolar AS per barel pada pukul 06.50 GMT, setelah jatuh lebih dari satu dolar AS pada awal perdagangan.
Baca juga: Harga minyak turun di 111,28 dolar AS per barel
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus menguat 44 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 108,87 dolar AS per barel, setelah juga jatuh satu dolar AS di awal perdagangan.
"Fundamental minyak tetap mendukung. Spread waktu yang kuat menunjukkan pasar yang ketat dan jelas OPEC masih berjuang untuk mencapai tingkat produksi yang disepakati," kata Kepala Penelitian Komoditas ING, Warren Patterson.
"Kelompok ini tampaknya berjuang untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini, dengan produksi turun selama Juni.
"Produksi dari 10 anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Juni turun 100.000 barel per hari (bph) menjadi 28,52 juta barel per hari, dari peningkatan yang dijanjikan sekitar 275.000 barel per hari, survei Reuters menunjukkan.
Baca juga: Harga minyak melonjak sampai tindak lanjut investasi UAE, kemarin
Penurunan produksi di Nigeria dan Libya mengimbangi peningkatan oleh Arab Saudi dan produsen besar lainnya, dan Libya menghadapi gangguan pasokan lebih lanjut karena meningkatnya kerusuhan politik, membuat kemungkinan OPEC memenuhi kuota produksi yang baru bahkan lebih tidak mungkin, kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Ekspor Libya telah turun menjadi antara 365.000 barel per hari dan 409.000 barel per hari, turun sekitar 865.000 barel per hari dibandingkan dengan tingkat normal, National Oil Corp mengatakan pekan lalu.
Harga minyak balikkan kerugian, naik di 112,18 dolar AS per barel
Senin, 4 Juli 2022 16:06 WIB