Menurutnya, seni pertunjukan tak hanya berbicara hal-hal terkait di atas panggung melainkan juga interaksi sosial dan peristiwa budaya yang menyertainya. Ia berharap geliat seni pertunjukan akan tetap berlangsung seperti saat ini hingga pandemi benar-benar pulih seratus persen.
“Saya sangat terharu bukan pada pertunjukannya, tapi teman-teman yang pada menonton ke sini, berbondong-bondong memberikan suatu dorongan yang sangat positif dan energi yang sangat positif pada panggung. Dan itu saya pikir modal yang sangat besar untuk seni pertunjukan,” kata Wawan.
Menariknya berdampingan dengan pementasan, pameran lukisan “Merekam Inggit” dan live painting oleh Bayu Wardhana turut dihadirkan. Lukisan dibuat sebagai respon dari pementasan dan dilelang yang hasilnya ditujukan untuk mendukung Museum Inggit.
Menurut Agus Noor, sebagai kurator pameran, lukisan-lukisan karya Bayu memiliki keunikan sekaligus daya gugah. Dikenal dengan ketangkasannya dalam menangkap momen lanskap, kali ini Bayu menangkap momen puitik di panggung teater–emosi dan karakter yang bergerak diabadikan dalam kanvas.
“Dengan kata lain, lukisan-lukisan itu tak hanya menggambarkan apa yang terjadi selama proses dan pementasan, tetapi juga membuka ruang dialog untuk semakin memahami pergulatan batin seorang Inggit Ganarsih,” kata Agus Noor.