Garut (ANTARA) - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Garut menyampaikan kasus positif COVID-19 dari klaster pondok pesantren di Kabupaten Garut, Jawa Barat kembali muncul dengan terdeteksi santri terjangkit COVID-19 sebanyak 73 orang dan telah mendapatkan penanganan medis.
"Seluruhnya santri, ada kemungkinan bertambah, karena saat di tes antigen bisa saja tidak terdeteksi," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Asep Surachman kepada wartawan di Garut, Rabu.
Ia menuturkan kasus COVID-19 klaster pondok pesantren di Kecamatan Cilawu itu berawal diketahui setelah santri mulai kembali untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di pesantren.
Tim kesehatan pesantren, kata Asep, sudah melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan seluruh santri dan semuanya dinyatakan sehat berikut ada surat keterangan hasil tes negatif COVID-19.
Namun setelah dua hari di pesantren, lanjut Asep, ada beberapa santri mengeluhkan hilang penciuman, kemudian dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap 100 orang dan diketahui ada yang positif, kemudian ditambah lagi pemeriksaannya 500 orang hingga akhirnya diketahui ada 73 orang positif COVID-19.
"Awalnya yang masuk 400 orang, setelah dua hari masuk semua dicek ada keluhan hilang penciuman, langsung dilakukan tes antigen ternyata positif, otomatis dikejar siapa kontak eratnya dengan yang positif, didapati banyak," kata Asep.
Ia menyampaikan mereka yang terpapar COVID-19 kebanyakan kalangan putra dengan gejala ringan kemudian menjalani isolasi mandiri di pondok pesantren.
Namun Satgas COVID-19 Garut meminta semua santri yang positif COVID-19 diminta untuk menjalani perawatan medis di isolasi terpusat (isoter) rumah susun dan Islamic Center agar terpantau dan tidak menular lebih luas lagi.
"Awalnya memang isolasi mandiri di pesantren, tapi Pak Kapolres minta seluruhnya dimasukkan ke isoter untuk mengurangi risiko, karena di pesantren banyak orang," kata Asep.
Ia menyampaikan saat ini sebagian santri sudah ada yang berangsur sehat, ada juga yang diperbolehkan pulang setelah dinyatakan negatif dari COVID-19.
Terkait awal mula penularan di pondok pesantren itu, Asep menyatakan sulit dipastikan dari mana awalnya, karena santri datangnya dari berbagai daerah, begitu juga guru maupun karyawan sering keluar masuk lingkungan pesantren.
"Namanya pesantren kan multi daerah, banyak kemungkinan, atau karena karyawannya sendiri kan keluar masuk, guru-gurunya keluar masuk," katanya.
Baca juga: Pemkab imbau swalayan jual telur ayam produksi peternak lokal Garut
Baca juga: Garut izinkan objek wisata buka dengan syarat patuhi prokes