Purwokerto (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto , Jawa Tengah, Prof. Loekas Soesanto mengingatkan petani untuk menanam padi yang hemat air menjelang kemarau.
"Saat menjelang musim kemarau yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah memastikan kecukupan air apabila tetap ingin tetap menanam padi," katanya di Purwokerto, Banyumas, Rabu.
Dia menambahkan untuk menyiasati kemungkinan berkurangnya ketersediaan air maka perlu menyiapkan bibit padi hemat air seperti inpago.
"Dengan demikian diharapkan petani dapat meningkatkan produksi dengan penggunaan air yang lebih hemat sekaligus untuk mengantisipasi kemungkinan gagal panen atau puso karena berkurangnya ketersediaan air," katanya.
Baca juga: Varietas unggul Inpari 32 dan 42 mampu hasilkan padi 10 ton/ha
Dia mengatakan menurut prakiraan BMKG pada saat ini sejumlah wilayah di Jawa Tengah mulai memasuki peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Sementara puncak musim kemarau, menurut BMKG, diprakirakan berlangsung pada bulan Agustus 2020.
"Dengan demikian selama masih ada hujan dan air masih mencukupi menurut saya masih bisa melakukan tanam padi khususnya dengan menggunakan padi yang hemat air," katanya.
Akan tetapi, kata dia, jika ketersediaan air dirasa kurang mencukupi maka petani masih memiliki alternatif lain yaitu melakukan rotasi tanam palawija.
Baca juga: Inpari Arumba, padi inovasi Balitbangtan kaya antioksidan
"Jadi dianjurkan segera mempercepat tanam selama masih ada hujan dan ketersediaan air masih mencukupi namun jika musim makin kering dan air berkurang drastis maka dapat menanam palawija," katanya.
Dia menambahkan menanam kacang hijau bisa menjadi tanaman alternatif bagi petani saat kemarau atau pada musim tanam ketiga.
"Kacang hijau bisa menjadi salah satu alternatif atau tanaman palawija lainnya juga banyak yang potensial," katanya.
Baca juga: Inpari 48 Blas, diklaim varietas unggul baru Balitbangtan tahan wereng