Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian mendorong sejumlah perguruan tinggi di Indonesia memiliki kesiapan dan kemampuan untuk memproduksi alat kesehatan seperti ventilator atau alat bantu pernapasan.
“Kami mendapat laporan, tim dari perguruan tinggi sudah memiliki mitra dalam upaya memproduksi ventilator. Namun, mereka punya keterbatasan khususnya terkait ketersediaan bahan baku dan rantai pasok,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.
Produksi ventilator ini menjadi salah satu hal penting saat ini karena dibutuhkan dalam jumlah cukup banyak sebagai upaya percepatan penanganan Covid-19.
Guna mendorong percepatan produksi ventilator tersebut, Kemenperin akan turut bantu memantau dan memastikan dua komponen tersebut.
Baca juga: Dosen ITB sebut pesanan ventilator portabel lebihi target
“Kalangan akademisi ini berupaya segera membuat blueprint ventilator yang kemudian akan dikoordinasikan dengan Kementerian Kesehatan,” tutur Menperin.
Adapun empat perguruan tinggi yang sedang melakukan proses produksi ventilator di Indonesia, yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, dan Institut Teknologi Bandung.
“Tahapan perizinan dan uji klinis akan didukung secara penuh oleh Kementerian Kesehatan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Agus mengutarakan bahwa proses pembuatan ventilator ini juga membutuhkan business model,karena menjadi langkah strategis jangka menengah dan panjang.
“Saat ini memang menjadi momentum yang tepat untuk kita bersama-sama membantu Indonesia mengatasi pandemi Covid-19. Selain itu, dapat membangkitkan gairah industri alat kesehatan di dalam negeri, dengan diawali memproduksi ventilator ini,” paparnya.
Baca juga: Robot Ventilator ciptaan ITS bantu penanganan COVID-19
Oleh karena itu, Menperin memberikan apresiasi kepada sejumlah perguruan tinggi yang berminat untuk memproduksi ventilator.
“Kami ucapkan terima kasih dan apresiasi pada kampus serta mitra-mitranya yang terlibat dalam pembuatan ventilator ini,” ujarnya.
Di samping itu, perguruan tinggi didorong juga untuk menjalin kerja sama dengan pelaku industri.
“Kolaborasi ini dilakukan untuk mempercepat proses produksi maupun membantu penyediaan bahan baku utama pembuatan ventilator,” imbuhnya.
Salah satu perguruan tinggi yang berkolaborasi dengan dunia industri dalam memproduksi ventilator adalah Universitas Gadjah Mada. Kampus tersebut menggandeng PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI) yang berperan sebagai project integrator, prototyping, dan hardware developer.
Sementara itu, PT YPTI bermitra dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan pemasok komponennya untuk memenuhi kebutuhan rantai pasok bahan baku.
Saat ini, kolaborasi yang disebut ‘Tim Jogja’ tersebut sedang dalam tahap pengembangan prototype yang diharapkan siap minggu depan.
“Mereka kemudian akan melakukan pengujian dan evaluasi, pertama kali akan dilakukan dengan alat uji dan kalibrasi ventilator dukungan dari Kemenperin,” ungkap Agus.
Baca juga: UI siapkan COVENT-20, ventilator transport lokal rendah biaya
Perguruan tinggi lainnya yang juga menjalin kerja sama dengan sektor industri adalah Institut Teknologi Bandung. Tim dari ITB menggandeng industri yang berada di bawah Kementerian BUMN, yaitu PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, dan PT Pindad.
ITB juga dikabarkan sudah siap untuk segera memproduksi ventilator sebanyak 10 ribu unit dengan harga relatif terjangkau dalam beberapa minggu ke depan.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohanes Nanggoi mengungkapkan, salah satu anggota asosiasi sedang memproduksi ventilator dengan skema reverse engineeringterhadap satu ventilator impor.
“Produksi akan dilakukan secepat dan sebanyak mungkin serta akan diproduksi menggunakan pabrik kendaraan bermotor yang saat ini sedang menghentikan produksinya,” terangnya.
Baca juga: Pembuat ventilator hewan Jepang tingkatkan produksi buat pasien corona