Surabaya (ANTARA) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan Robot Ventilator untuk membantu tim medis dalam penanganan terhadap pasien COVID-19.
“Robot ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan terbatasnya alat ventilator yang ada di Indonesia,” ujar Rektor ITS Prof Mochamad Ashari di sela peluncuran di kampus ITS di Surabaya, Selasa.
Robot Ventilator ini juga merupakan kerja sama dengan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dan RSUD dr Soetomo selaku mitra peneliti dan calon pengguna inovasi ini.
Baca juga: UI siapkan COVENT-20, ventilator transport lokal rendah biaya
Ashari menerangkan, dalam pengembangan Robot Ventilator ini selalu didampingi oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Surabaya agar sesuai standar dibutuhkan, lalu segera diproduksi massal.
"Alat ini tinggal melalui uji kelayakan dengan dioperasikan selama 2x24 jam," ucapnya.
Ventilator ini menggunakan basis desain open source dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat dengan sistem mekanik dan beberapa spesifikasi diadopsi dari MIT.
Kemudian, sistem elektronik dan sistem monitoring dikembangkan sepenuhnya oleh Tim ITS.
Baca juga: Pembuat ventilator hewan Jepang tingkatkan produksi buat pasien corona
"Ventilator ini dikembangkan bersandar pada ketersediaan komponen di pasaran, dengan pertimbangan kemudahan dalam proses fabrikasi nantinya untuk memenuhi jumlah kebutuhan ventilator yang besar," katanya.
Ventilator juga memiliki fitur pengaturan Respiration Rate, Inspiration/Expiration Ratio, Tidal Volume, PEEP (Positive End-Expiratory Pressure) dan PIP (Peak Inspiration Pressure)
Secara harga, lanjut dia, produk ventilator di pasaran saat ini bisa mencapai kisaran Rp800 juta per unit, namun buatan ITS ini diperkirakan harganya Rp20-an juta per unit.
Baca juga: Ford dan GE produksi 50.000 ventilator dalam 100 hari
Ketua Tim Ventilator Departemen Teknik Fisika ITS Dr rer nat Aulia MT Nasution menjelaskan, Robot Ventilator ini dapat menjadi alat bantu napas bagi penderita COVID-19 yang mengalami gangguan pada sistem pernapasannya.
Dibandingkan ventilator yang sudah ada di sejumlah rumah sakit, robot ventilator ITS ini juga didesain dapat mudah dipindahkan dan diproduksi dengan lebih cepat.
"Mungkin yang akan menjadi kendala nantinya adalah ketersediaan bahan baku," kata Aulia.
Selain itu, dibanding ventilator sudah ada, bahan produk ITS ini berbasis pada penggunaan Ambu Bag (Bag Valve Mask/BVM) atau yang secara manual dikenal dengan istilah “manual resuscitator”, serta komponennya juga berasal dari metal acrylic yang mudah ditemui di pasaran.
Baca juga: Pemprov Jabar terima bantuan ventilator dan spanduk dari BUMN
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengungkapkan apresiasinya kepada ITS karena selalu berperan secara nyata untuk Indonesia melalui bidang teknologi.
Ia juga menyampaikan bahwa Pemprov Jatim akan memberikan bantuan secara optimal agar Robot Ventilator ini dapat segera dimanfaatkan masyarakat luas.
"Harapan saya, teknologi ini dapat memberikan efisiensi penanganan COVID-19 saat ini, sehingga jumlah pasien sembuh juga akan semakin banyak," katanya.