Bandung (ANTARA) - Riska Riani MPd, akademisi Universitas Cipta Mandiri asal Aceh, menilai inisiatif Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan Presiden Prabowo Subianto merupakan langkah penting dalam mewujudkan kesetaraan akses pendidikan di seluruh Indonesia.
Menurut Riska, pemberian asupan bergizi pada masa pertumbuhan awal atau usia emas merupakan fondasi utama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.
"Intervensi gizi yang dilakukan di masa usia emas (golden age) akan menjadi fondasi penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa depan," kata Riska Riani dalam keterangannya, Senin (6/10).
Lebih lanjut, ia memandang bahwa MBG bukan sekadar program pemenuhan kebutuhan makan, tetapi sebuah investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi cerdas dan kompetitif di kancah global.
“Asupan gizi yang cukup akan membentuk fondasi kecerdasan anak. Program MBG memberi kesempatan yang sama bagi siswa di kota maupun di pelosok untuk tumbuh sehat dan berprestasi,” ujarnya.
Riska menekankan bahwa nutrisi yang baik berdampak langsung pada perkembangan kognitif anak, konsentrasi saat belajar, serta daya tahan tubuh yang lebih kuat-semuanya berpengaruh terhadap capaian akademik.
Dalam implementasinya, program MBG yang mulai dilaksanakan awal 2025 telah menunjukkan hasil konkret, termasuk di Provinsi Aceh. Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (DPMG) Banda Aceh, tercatat sebanyak 3.478 porsi makanan bergizi telah disalurkan kepada peserta didik di 13 sekolah, mulai dari TK hingga SMA, serta ibu hamil, menyusui, dan balita.
Di wilayah lain seperti Aceh Barat, sebanyak 1.360 siswa di bawah naungan Kementerian Agama juga telah menerima manfaat program ini sejak hari pertama pelaksanaan.
"Berbagai daerah di Aceh sudah berjalan dengan baik program MBG ini, dan masyarakat puas karena sangat bermanfaat. Di Aceh Timur, distribusi perdana mencapai 3.497 paket makanan kepada delapan sekolah dengan pengawasan langsung oleh aparat TNI untuk memastikan kualitas dan ketepatan distribusi", jelasnya.
Secara nasional, Riska menyampaikan bahwa hingga kuartal pertama 2025, lebih dari 3 juta penerima telah merasakan manfaat MBG. Pemerintah menargetkan peningkatan jumlah penerima hingga mencapai 15 juta orang pada akhir 2025, dan secara bertahap naik hingga 82,9 juta orang pada tahun 2029.
"Kita ketahui, Pemerintah menargetkan jumlah itu meningkat menjadi 15 juta penerima pada akhir tahun 2025, dan secara bertahap mencapai 82,9 juta penerima hingga 2029. Angka ini mencerminkan keseriusan pemerintah dalam membangun generasi Indonesia yang sehat dan tangguh melalui kebijakan berbasis gizi dan pendidikan", tambahnya.
Dalam jangka panjang, menurut Riska, program MBG akan turut mendorong peningkatan mutu pembelajaran dan meratakan peluang pendidikan bagi anak-anak, baik yang tinggal di wilayah perkotaan maupun daerah pelosok.
"Banyak anak di daerah terpencil yang memiliki potensi besar, tetapi sering terkendala kondisi ekonomi dan kurangnya asupan gizi yang memadai. Dengan hadirnya program MBG, beban orang tua berkurang, sementara anak-anak mendapatkan kepastian gizi seimbang di sekolah", katanya.
Ia menekankan bahwa intervensi gizi pada masa usia dini tidak hanya berkaitan dengan tumbuh sehat secara fisik, tetapi juga berdampak pada kecerdasan dan kesiapan belajar anak.
"Ketika nutrisi anak terpenuhi, kemampuan belajarnya meningkat dan kehadiran di sekolah menjadi lebih konsisten,” tuturnya.
Namun demikian, Riska mengingatkan bahwa kualitas pelaksanaan MBG perlu terus diawasi, khususnya terkait kebersihan dapur penyedia dan mutu menu makanan. Ia juga mengapresiasi upaya pemerintah dalam melakukan evaluasi berkala untuk memastikan efektivitas program.
“Tantangan ke depan adalah menjaga konsistensi dan mutu pelaksanaan di lapangan. Jika pengawasan diperkuat, manfaat program ini akan sangat besar terhadap kemajuan pendidikan kita, kita patut apresiasi respon cepat dari Presiden Prabowo terkait evaluasi ini,” tegasnya.
Riska juga menyoroti bahwa program ini sejalan dengan arah pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045, di mana pengembangan kualitas manusia menjadi prioritas utama.
“Jika anak-anak dari pelosok Aceh hingga Papua memiliki gizi yang sama baiknya, maka mereka akan punya peluang yang sama untuk berprestasi,” ujarnya.
Menurutnya, MBG bukan hanya tentang menyediakan makan siang gratis, tetapi tentang menghadirkan keadilan sosial dalam pendidikan. Dengan gizi yang seimbang, anak-anak Indonesia memiliki peluang yang lebih merata untuk meraih masa depan yang lebih baik.
“Pemerintah telah menunjukkan komitmen kuat untuk membangun bangsa mulai dari dapur sekolah. Ini adalah investasi untuk menciptakan generasi cerdas, tangguh, dan berdaya saing tinggi,” tutup Riska Riani.
