Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atau Demul menggelar audiensi dengan para rektor universitas di wilayah Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, Selasa (2/9).
Pertemuan ini dilakukan untuk merespons berbagai kondisi dan peristiwa yang belakangan terjadi di lingkungan kampus dan isu-isu yang berkaitan dengan kegiatan mahasiswa pada demonstrasi.
Demul menyoroti sejumlah insiden yang melibatkan mahasiswa, seperti mahasiswa membawa molotov dan narkoba.
“Ada yang mau bom molotov, ada yang membawa narkoba, ada yang dalam keadaan memakai, kan ragam, ada yang aktivis murni,” ujarnya.
Ia menegaskan pentingnya membedakan antara mahasiswa yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat dengan mereka yang terlibat tindakan kriminal.
“Nanti kita pisahkan mana mahasiswa yang aktivis murni memperjuangkan kepentingan rakyat, mana yang kriminal. Kan kita nanti harus pisah dua, kan gitu,” ucap Demul.
Ia juga menyampaikan bahwa sebagai gubernur memiliki tanggung jawab layaknya orang tua bagi para mahasiswa. “Namanya anak muda, namanya mahasiswa, pasti ada tindakan-tindakan yang semangatnya semangat anak muda,” katanya.
Demul menambahkan dirinya akan segera menemui sejumlah pihak untuk memahami lebih lanjut akar permasalahan yang terjadi.
“Saya kan belum tahu persis, ya, belum tahu persis apa sih masalah utamanya. Tetapi yang paling utama adalah iklim ini harus terjaga dengan baik. Anak-anak muda juga kita harus dilindungi, aparat juga harus melindungi dan dilindungi juga, karena jangan sampai juga aparat menjadi korban keberingasan massa,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Demul juga sempat menyinggung upaya perlindungan terhadap aset-aset sejarah.
Ia menyebutkan bahwa terdapat upaya perusakan terhadap museum, termasuk yang ada di Bandung dan Kediri. “Kita hari ini akan bersikap tegas untuk menjaga aset-aset sejarah yang dimiliki untuk tidak boleh dilakukan perusakan,” tegasnya.
