Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau Demul mencanangkan program pembangunan lapangan sepakbola berstandar profesional di setiap kecamatan di Jabar dalam kurun waktu tiga tahun ke depan sebagai langkah fundamental memajukan ekosistem sepak bola di wilayah ini.
Menurut Dedi, pemajuan sepak bola tidak boleh tersentral pada pembangunan stadion-stadion megah yang menelan biaya pemeliharaan tinggi dan rawan kehilangan aset, karenanya fokus pembangunan infrastruktur harus digeser menuju fungsi dan daya guna di tingkat akar rumput.
"Minimal satu kecamatan harus memiliki satu lapangan sepak bola profesional. Yang dapat dipakai," kata Dedi selepas acara Gunem Catur Sareng (diskusi dengan) Asosiasi PSSI Kabupaten/Kota Klub dan Anggota PSSI Jawa Barat di Gedung DPRD Jabar, Bandung, Senin.
Standar yang dimaksud, difokuskan pada kualitas lapangan sehingga atlet dapat berlatih dan bertanding dengan maksimal.
Ia juga menekankan, pembangunan tribun dan fasilitas penunjang lainnya harus disesuaikan dengan kondisi lahan, menghindari kemewahan yang justru memberatkan pemeliharaan.
"Kalau tribun segala macamnya disesuaikan dengan tanah. Tetapi jangan terlalu mewah, karena mewah itu pemeliharaannya mahal dan barangnya nanti banyak hilang. Yang penting lapangannya bisa digunakan," ujar dia.
Dedi juga menegaskan klub-klub wajib mandiri dan tidak lagi bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Karena, menurut dia, pola pengelolaan klub yang masih terpusat pada pendanaan pemerintah daerah, sebuah praktik yang sarat risiko hukum.
"Jangan berharap klub naik liga kalau masih mengandalkan kabupaten atau kota. Tidak ada bupati yang mau dipenjara gara-gara sepak bola," ucap Dedi Mulyadi.
Dedi menekankan, selain Infrastruktur, ada dua pilar yang jadi prioritas untuk memajukan sepak bola Jabar, yakni pendidikan dan kompetisi.
Pemerintah Provinsi Jabar berencana membangun sekolah khusus sepak bola dengan sistem pembinaan profesional, yang ditargetkan terwujud pada 2026.
Konsepnya akan merekrut anak-anak potensial dan menerapkan kurikulum yang terintegrasi penuh. Dan tahap awal setiap kelas akan menampung 36 siswa yang terbagi dalam berbagai tingkatan usia.
"Konsepnya adalah merekrut anak-anak sekolah potensial untuk ikut sekolah sepak bola. Kurikulumnya dari bangun sampai tidur mengarah ke sepak bola," kata Dedi.
Terkait dengan revitalisasi kompetisi, Dedi meminta agar wadah uji keterampilan atlet ini dihidupkan kembali, tidak hanya berfokus pada Piala Soeratin. Tetapi harus fokus juga tingkatan usia lainnya agar ekosistem sepak bola muda dapat berjalan secara berkelanjutan.
"Nanti bukan hanya Piala Soeratin, tapi juga tingkatan usia harus hidup," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, KDM juga meminta Ketua DPRD Jawa Barat Buky Wibawa Karya Guna, yang juga memimpin PSSI, untuk fokus memimpin pengembangan sepak bola Jawa Barat, memastikan agar provinsi tersebut dapat bersaing dengan daerah lain dari aspek prestasi.
Aspirasi dari Klub Sepak Bola di Jawa Barat
