Kondisi tersebut, kata dia, mampu membentuk daerah perlambatan kecepatan angin yang memanjang dari Samudera Hindia barat Banten hingga barat Lampung serta di Laut Cina Selatan, sekaligus membentuk daerah pertemuan angin dari Samudera Hindia hingga Laut Jawa bagian barat.
Labilitas atmosfer yang kuat dan mendukung proses konvektif skala lokal terpantau di sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, berbagai wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, serta wilayah Papua.
Dengan demikian BMKG memetakan kondisi cuaca di sejumlah daerah berpotensi mengalami hujan dan cuaca ekstrem untuk beberapa hari ke depan, setidaknya periode 15-21 April.
Pada periode 15–17 April 2025, BMKG mendeteksi cuaca di Indonesia umumnya didominasi kondisi berawan hingga hujan ringan. Namun, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Sementara daerah yang berpotensi diterpa angin kencang meliputi Maluku dan Papua Selatan.
Kemudian pada periode 18–21 April 2025, kondisi cuaca relatif sama, dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat di wilayah Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat, Papua Pegunungan, dan Papua.
Sementara daerah yang berpotensi diterpa angin kencang meliputi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
"Masyarakat diharapkan terus memperbarui informasi cuaca dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca signifikan, serta memperbaiki kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal untuk meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi," kata Andri.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: Potensi hujan lebat dan cuaca ekstrem masih tinggi pada April