Di sekolah itu terdapat 85 murid dengan berbagai kebutuhan khusus. Kini dia bersama 10 guru lainnya mengabdi di SLB tersebut.
Meski belum mengantongi ijazah sarjana dan bukan lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB), tetapi ia berkomitmen mendidik anak-anak agar mandiri.
Untuk anak-anak difabel intelektual, ia fokus pada kemampuan dasar agar mereka bisa hidup mandiri.
Rusdin menyebutkan dukungan pemerintah terhadap pendidikan bagi anak difabel sejatinya sudah ada. Namun, dia berharap hal tersebut dapat ditingkatkan.
Dia juga menaruh harapan khususnya kepada kepala daerah terpilih di Pilkada 2024, agar akses pendidikan untuk difabel harus menjadi program prioritas.
Ia melihat kalau empat pasangan kandidat yang berkontestasi di Pilkada Jabar 2024 sudah memaparkan visi dan misi, yang menitikberatkan pada peningkatan akses pendidikan.
Hal ini diharapkan dapat membuka peluang pendidikan yang lebih luas bagi seluruh masyarakat. Namun demikian, isu inklusivitas dalam pendidikan, khususnya bagi kelompok difabel, belum mendapat perhatian yang mendalam.
Menurutnya, akses pendidikan untuk difabel di Cirebon harus diperjuangkan. Semua anak, apapun kondisinya, berhak mendapat pendidikan.
Dukungan pun harus diberikan secara merata, termasuk untuk SLB swasta yang selama ini berdiri dengan perjuangan mandiri.
“Semoga pemimpin, baik itu Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar yang baru nanti lebih memperhatikan pendidikan difabel. Selama ini, kami masih berjalan dengan banyak keterbatasan, sementara harapan anak-anak ini besar,” ujarnya.
Bagi Rusdin, menjadi guru adalah cara untuk bangkit dan memberikan makna dalam hidupnya.
Dengan segala tantangan dan keterbatasan, ia terus berjuang untuk memastikan anak-anak difabel yang dididik memiliki masa depan lebih baik.