Pengabdian
Menjadi guru di sebuah SLB swasta bukanlah jalan hidup yang pernah dibayangkan Rusdin (39), seorang difabel fisik asal Cirebon. Namun, langkah kecil yang diambilnya di tengah keterbatasan tersebut kini menjadi perjuangan untuk mendidik anak-anak berkebutuhan khusus.
Awalnya, Rusdin sama sekali tidak terpikir untuk menjadi seorang guru. Bahkan, ia merasa tidak mampu ketika pertama kali diminta mengajar.
Dia mengakui perjalanannya hingga menjadi pendidik bukanlah kisah yang mudah. Sebab, saat duduk di bangku SMP dirinya mengalami penyakit hingga membuatnya menjadi seorang difabel.
Setelah lulus SMA, selama lebih dari 10 tahun, ia menghabiskan waktu di rumah, tidak berani keluar, bahkan dilarang oleh keluarganya.
Saat anak-anak seusianya membangun impian, Rusdin hanya memiliki satu keinginan sederhana yakni kembali normal. Kondisi itu membuatnya terpuruk hingga merasa kehilangan arah.
Titik baliknya datang ketika ia melihat informasi pelatihan menjahit untuk difabel dari Forum Komunikasi Difabel Cirebon (FKDC).
Meski butuh waktu empat bulan untuk mengumpulkan keberanian, ia akhirnya mengunjungi sekretariat komunitas itu di Desa Durajaya, Cirebon, serta bertemu dengan banyak difabel lain yang kondisinya lebih berat darinya.
“Melihat mereka, saya jadi percaya diri. Kalau mereka bisa, saya pun harus bisa,” ungkapnya.
Di komunitas itu, Rusdin melihat kenyataan bahwa banyak difabel yang kesulitan mengakses pendidikan. Mayoritas hanya menamatkan pendidikan dasar, bahkan tidak sedikit yang berhenti sekolah karena mendapatkan diskriminasi di sekolah umum.
Berangkat dari hal tersebut, Rusdin akhirnya memantapkan diri untuk mengambil kesempatan mengajar pada SLB swasta di Cirebon.