Bandung (ANTARA) - Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung dan Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta, mengembangkan Pressure Cast Socket (PCast) untuk meningkatkan akses alat bantu bagi kaum disabilitas.
Dosen FTMD Institut Teknologi Bandung (ITB) Sandro Mihradi mengatakan bahwa PCast yang dikembangkan ini, sebagai alat bantu untuk membuat soket kaki palsu bawah lutut, khususnya dalam pembuatan cetakan plaster tungkai kaki sisa pasien amputasi dengan memanfaatkan tekanan air di dalam sebuah tangki silinder.
Baca juga: BRIN gandeng ITB mengembangkan teknologi sel surya berbasis perovskite
"Dengan teknologi PCast ini memungkinkan pembuatan cetakan tungkai kaki sisa yang lebih efisien dan kualitas yang lebih konsisten karena dapat mengurangi ketergantungan pada keterampilan spesifik seorang prosthetist dalam membentuk cetakan dikarenakan dalam proses pembentukan cetakan kaki memanfaatkan tekanan air yang merata di dalam tangki," kata Sandro dalam keterangan di Bandung, Jumat.
Dalam program ini, tim dari FTMD ITB memodifikasi desain PCast sebelumnya yang kurang efisien dan nyaman, yaitu dalam hal pengencangan kepala tabung dengan mekanisme clamping, sehingga lebih cepat dipasang, dan pengatur ketinggian tabung yang dapat menyesuaikan dengan tinggi pasien amputasi.
Lebih lanjut, Sandro mengatakan dengan metode yang digunakan dalam pengembangan tersebut, tidak hanya mempermudah proses pembuatan cetakan, tetapi juga dapat menekan biaya dan mempercepat proses produksi secara keseluruhan.
"Karena dapat menghilangkan atau mengurangi proses rektifikasi pada cetakan positif kaki palsu," ucapnya.
Sandro mengungkapkan pengembangan yang masuk dalam program pengabdian pada masyarakat ITB tahun 2024 itu, didorong atas berbagai data yang ada yakni, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 2020 yang mengungkap ada 22,97 juta jiwa penyandang disabilitas atau 8,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Kemudian, laporan Survey Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang mencatat prevalansi disabilitas berjalan sebagai yang terbanyak kedua, yaitu sebanyak 0,4 persen.
"Berdasarkan hasil studi terhadap penyandang disabilitas di Indonesia pada tahun 2017 (Disability in Indonesia: What can we learn from the data?), diketahui bahwa mayoritas penyandang disabilitas tidak memiliki akses terhadap alat bantu dan hanya sekitar 25 persen yang memiliki akses untuk memiliki prostetik," ujarnya.
Sandro menambahkan pentingnya perhatian bagi penyandang disabilitas, terutama mereka yang mengalami amputasi kaki.
Perwakilan manajemen Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta, Rita Tri Haryani, mengungkapkan kolaborasi ITB dengan pihaknya semakin memperkuat upaya ini.
Di mana Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta tidak hanya mendukung pengujian klinis pada pasien amputasi, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap desain baru, yang hasilnya soket prostetik lebih nyaman dan aman bagi pengguna, serta alat cetakan yang lebih mudah dioperasikan oleh tenaga rehabilitasi.
"Sebelum memberikan bantuan, kami melakukan assessment dengan menyediakan konseling dan juga terapi otot bagi para penyandang disabilitas agar alat yang akan menopang kaki mereka tidak sekadar kosmetik, tetapi juga memiliki dampak kesehatan," kata Rita.
Program yang dinamai 1.000 Kaki Prostetik untuk penyandang disabilitas ini, tidak hanya terbatas pada pemberian prostetik saja, mereka juga melakukan pemberdayaan bagi penyandang disabilitas melalui rehabilitasi berbasis masyarakat dan institusi, dengan maksud agar para penyandang disabilitas bisa memenuhi kebutuhan juga menguatkan kemampuan mereka ketika kembali kepada masyarakat.
"Pemberdayaan dilakukan agar mereka bisa kembali memiliki kepercayaan diri untuk mobilitasnya, bekerja, kegiatan sehari-hari, sehingga mereka kembali produktif untuk menunjang kesejahteraannya bahkan ekonomi mereka bisa terpenuhi pasca amputasi," ujar Rita.
Baca juga: ITB rutin beri tes psikologi dan layanan konseling untuk tekan bunuh diri
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: ITB-Yakkum kembangkan PCast tingkatkan akses alat bantu disabilitas