"Sebuah inovasi yang luar biasa dan menjawab tantangan masa kini," kata Haeruman.
Ahmad Nasir menyampaikan, awal mula menciptakan mesin penggilingan padi portabel berbahan bakar gas itu karena melihat persoalan di lapangan yang banyak petani mengeluhkan tingginya biaya produksi penggilingan, sehingga menurunkan keuntungan petani.
Setelah melalui riset dan konsultasi dengan akademisi maupun peneliti, kata Ahmad, akhirnya berhasil menciptakan mesin penggilingan padi portabel dan menjadi inovasi yang belum pernah ada di Indonesia.
"Mesin ini lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan menghasilkan rendemen padi yang lebih tinggi dibandingkan mesin penggiling eksisting," kata Ahmad.
Ia menyampaikan karyanya sudah terdaftar dalam Hak Kekayaan Intelektual (Haki) yang telah diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM, bahkan sudah diuji oleh Balai Mekanisasi Pertanian, Jawa Barat yang menunjukkan mesin tersebut mampu menggiling padi dengan efisiensi lebih tinggi dari mesin penggilingan konvensional.
Mesin itu, lanjut dia, memiliki ukuran yang tidak akan membutuhkan ruang besar karena hanya memiliki ukuran lebar sekitar 60 cm, panjang 110 cm, dan tinggi 120 cm, kemudian asumsi biaya operasi untuk satu tabung gas 3kg seharga Rp22 ribu dengan biaya hanya Rp55 per kilogram.
"Mesin ini tidak memakan tempat apalagi suaranya tidak bising, sehingga cocok menggiling di tengah pemukiman," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dispertan Garut kembangkan inovasi penggilingan padi portabel