"Kami memiliki 'Gerakan Bhinneka' yang punya tujuan untuk memberdayakan guru dan melalui pelatihan literasi untuk menguak potensi anak dengan kesulitan belajar sehingga pendidik mampu memahami perbedaan cara belajar anak dan bisa mendukung kematangan sosial emosional," ujar Laurentia.
Gerakan ini, kata Laurentia, difokuskan untuk membantu anak-anak yang kesulitan belajar di tiga hal, yakni wilayah literasi, matematika, dan pembelajaran yang berkenaan dengan sosial emosional.
Ketiga hal tersebut, kata dia, menjadi sangat fundamental karena anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik biasanya memiliki kecenderungan emosional yang kurang begitu baik dan tidak terkontrol, terlebih anak dengan disleksia memiliki kecenderungan merasa dirinya punya self-esteem yang rendah, selalu merasa tidak mampu dan merasa tidak bisa berbuat apa-apa.
Gerakan Bhinneka itu, kata Laurentia, akan diselenggarakan di seluruh Indonesia secara berjenjang ke 23 kota di 11 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan melibatkan organisasi United Notice Ability Dyslexia Network sebagai kolaborator.
"Di setiap kota yang dikunjungi, kami akan bertemu dengan orang tua dan guru dengan target capaian hingga 2.000 orang. Mereka akan diberikan pembelajaran tentang bagaimana caranya mengidentifikasi anak-anak dengan kesulitan belajar spesifik," ujarnya.
Gerakan semacam ini bukan tidak memiliki tantangan yang besar. Secara teknis, dibutuhkan dukungan yang bersumber dari berbagai lapisan aspek, termasuk di ranah pendidikan dan aspek terkait lainnya.
Anak disleksia bisa sukses dengan pendidikan tepat
Jumat, 26 Juli 2024 6:30 WIB