Direktur Teknik Perumda Tirta Pakuan Ardani Yusuf menyebut saat ini cakupan pelayanan Tirta Pakuan mencapai 62,09 persen dari seluruh rumah tangga di Kota Bogor atau sekitar 178.000 pelanggan.
Perumda Tirta Pakuan memanfaatkan air baku dari dua sungai besar dengan rincian, dari Sungai Cisadane sebanyak 2.100 liter per detik dan dari Sungai Ciliwung sebanyak 300 liter per detik, termasuk dari beberapa mata air dan anak sungai.
Sebanyak 178.000 rumah yang memiliki sambungan air bersih dari Perumda Tirta Pakuan itu tersebar di tujuh zona pelayanan dengan total produksi air sebanyak 2.631 liter per detik.
Permasalahan sumber daya air di Kota Bogor
Sebagai kawasan berkembang, Kota Bogor menghadapi permasalahan umum, yaitu banjir saat musim hujan dan kekurangan air bersih saat musim kemarau.
Pada saat fenomena El Nino tahun lalu, kualitas air yang diolah Perumda Tirta Pakuan sempat terdampak, yakni saat peralihan dari musim kemarau panjang ke musim hujan.
Pada hulu Sungai Ciliwung dan Cisadane, tumbuhan yang terdampak kemarau panjang mengalami pembusukan dan terbawa hujan besar. Alhasil, air yang dihasilkan menjadi bau dan kurang nyaman untuk digunakan.
Perumda Tirta Pakuan pun mengantisipasinya dengan menambah pembubuhan disinfektan pada takaran sedikit lebih tinggi dari biasanya. Lantaran di dalam sungai yang menjadi andalan air baku terdapat banyak tumbuhan busuk.
Yulianti Juhendah, Pengelola Sumber Daya Air (SDA) Ahli Muda pada Unit pelaksana Teknis daerah (UPTD) pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, menyampaikan meskipun memiliki curah hujan rata-rata bulanan yang tinggi, Kota Bogor tetap membutuhkan sistem manajemen sumber daya air yang berkelanjutan.
Sistem manajemen berkelanjutan dibutuhkan untuk mengetahui kondisi eksisting kuantitas dan kualitas sumber daya air permukaan di Kota Bogor.
Untuk itu, ia menilai perlu ada penyusunan rekomendasi strategi pengelolaan sumber daya air permukaan yang berkelanjutan di Kota Bogor.
Sebab, melihat dan memperhatikan faktor pertambahan jumlah penduduk yang cepat, serta adanya alih fungsi lahan di Kota Bogor, hal itu akan berdampak pada kemampuan resapan air akibat bertambahnya luas tutupan lahan.